Capaian Kesembuhan Meningkat 104 Persen, Penutupan Pasar Hewan Diperpanjang

Situasi pasar hewan pun kembali sepi dari aktivitas jual beli. Petugas melakukan penyemprotan disinfektan. (yull/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-Boyolali-Angka penyembuhan penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak menunjukkan tren positif. Namun demikian, setelah tiga pekan ditutup, Pemkab Boyolali kembali memperpanjang penutupan seluruh pasar hewan hingga 20 Juni mendatang. Situasi pasar hewan pun kembali sepi dari aktivitas jual beli. Perpanjangan penutupan ini dilakukan untuk membatasi mobilitas ternak yang sakit maupun terpapar PMK. Puskeswan dari Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan) juga bisa fokus pengobatan hewan terpapar di kandang.
“ Jadi sesuai dengan hasil rapat koordinasi dan evaluasi dengan Bupati serta dinas-dinas terkait, maka penutupan lima Pasar Hewan di Boyolali diperpanjang. Terlebih lagi, karena dampaknya sangat positif dalam pengendalian PMK. Perpanjangan sampai 20 Juni dan akan dievaluasi lagi. Kemarin kan sampai 10 Juni ini, lalu diperpanjang,” kata Kepala UPT Pasar Hewan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sapto Hadi Darmono, pada Kamis 9 Juni 2022.
“Kalau sampai 20 Juni ada gejala, agar segera melaporkan. Agar segera ditindak lanjuti (Pengobatan,red). Ini harus sangat hati-hati, karena diharapkan setelah 20 Juni tenak-ternak sudah sembuh dan bisa kembali normal, termasuk untuk kurban ,” katanya.
Ia menambahkan, hasil dari rapat koordinasi evaluasi penanganan PMK di Boyolali, juga menunjukan trend positif pada penyembuhan hewan ternak terpapar. Mengingat selama penutupan, Disnakan berfokus pada pengobatan di kandang-kandang peternak yang terpapar. Kemudian mengurangi mobilitas tenak bergejala maupun manusia sebagai carrier virus PMK.
Hingga 9 Mei ini, lanjut Sapto, jumlah ternak yang diobati sebanyak 1.336 ekor. Sedangkan ternak yang sembuh mencapai 468 ekor. Capaian kesembuhan ini meningkat 104 persen dibandingkan dengan pengobatan sebelum penutupan pasar hewan.
“Kalau kesembuhan ini data dari Disnakan lebih dari 104 persen. Dan teman-teman puskeswan bisa berfokus pada penyembuhan. Kita dari UPT Pasar juga tetap melakukan koordinasi dan pengamanan ternak yang mau masuk pasar,” jelasnya.
Menurut Sapto, sejauh ini pihaknya selalu bekerja sama dengan instansi terkait, untuk melakukan pengawasan lalu lintas dan jual beli hewan ternak. Bahkan pada potensi jual beli pribadi ataupun yang nekat mendirikan pasar hewan darurat. Pengawasan dilakukan dengan memantau kondisi lalin ternak melalui puskeswan. Serta berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat hingga Polsek dan Koramil.
“Selama ini, dari pasar tidak ada temuan. Kami selalu melakukan pemantauan. Selama pasar ditutup dari 27 Mei hingga sekarang kita pantau terus. Alhamdulillah tidak ada hewan yang masuk maupun pedagang ke pasar,” kata Sapto, penutupan pasar hewan ini belaku di Pasar Hewan Jelok, Cepogo, lalu Pasar Simo, Pasar Ampel, Pasar Karanggede dan Nogosari.