Fokus Jateng-Boyolali- Mayoritas kandang sapi milik warga Desa Samiran, Selo berada di belakang rumah. Kendati wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) menjadi kekhawatiran bagi para peternak. Namun, ketakutan itu ditepis dengan kekompakan warga. Sampai saat ini, Desa Samiran menjadi desa hijau PMK.
“Sejak pasar tutup, kita terapkan lockdown. Karena jalan satu-satunya menanggulangi PMK. Di sini mayoritas warga merupakan peternak dan petani. Ada yang punya 3, 4, 5 sampai belasan ekor,” ungkap Ketua Kelompok Tani dan Ternak Dadi Maju, Desa Samiran, Selo, Suparno.
Gagasan mengisolasi ternak ternyata direspon positif oleh warga sekitar. Mereka sepakat untuk tidak membawa sapi dari luar daerah masuk ke desa. Mengigat hasil susu perah tentu sangat diandalkan warga untuk menutup harga pakan. Selain itu mereka juga memiliki literasi cara menjaga imunitas sapi.
“Kami juga rutin memberi jamu herbal. Kami pakai gula jawa dan kunyit, Itu buatan sendiri. Jadi tiap hari saya parutkan kunir dan gula jawa lalu direbus dengan perbandingan 1 kilogram kunir dengan 2 kilogram gula jawa. Sapi ya pada doyan, wong enak kok. Tiap pagi dan sore sebelum dikombor saya kasih jamu dulu. Sekali rebus bisa buat lima ekor sapi saya,” katanya.
Jamu herbal ini dinilai bisa menambah imunitas sapi. Serta bisa mencegah penyakit masuk. Meski harus membuat sendiri, khasiat jamu herbal ini berdampak baik pada sapi. Tampak lebih sehat dan segar. Selain itu, susu perah di Desa Samiran termasuk kuakitas tinggi. Dalam sehari, dari 50-60 ekor sapi perah bisa menghasilkan antara 350-400 liter susu.
“Harga susu perliter kualitasnya baik bisa Rp5.500 hingga Rp5.700 per litar. Itu dari petani. Kalau kualitasnya cukup bagus. Mungkin harganya dinilai lebih murah ya karena jarak pengambilannya lebih jauh. Untungnya selama wabah ini kami aman-aman saja. Produksi susu sapi juga aman,” imbuh Suparno.
Ripto peternak laninnya, mengaku memiliki 11 ekor sapi. Yakni enam sapi pedet alias anakan perah, satu dara, satu pejantan dan tiga sapi perah. Wabah PMK memang mengkhawatirkan. Namun, warga kompak dan tidak panik. Pihaknya juga telah menerima cara pencegahan paparan PMK.
Ripto mengaku jadi lebih rajin memandikan sapi. Semula satu kali dalam seminggu menjadi dua kali dalam seminggu. Ripto juga menambahkan porsi pakan. Agar sapi-sapinya lebih banyak makan. Selain itu, dia juga membeli satu tangki disinfektan. Dia rutin menyemprotkan disinfektan setiap pagi dan sore.
“Sejak ada PMK. Selain menerapkan lockdown, kami juga sudah tidak berani jemur sapi, jadi mandikan tetap di kandang, terus dihanduki. Selain itu, kami juga mengandalkan susu buat nutup pakan yang mahal. Tiga ekor sapi perah bisa dapat 40-45 liter sehari. Itu sudah dapat menutup pakan. Biasanya sisa uangnya saya tabung untuk pas sapi ada yang bunting, kan gak bisa diperah. Alhamdulillah sapi sehat-sehat. Kita juga jalankan sosialisasi dari pemerintah. Buat lebih sering bersih-bersih kandang dan gak semua orang boleh masuk kandang,” pungkasnya.