Kawanan Kera Masih Mengganas di Lahan Pertanian Lereng Merapi

ilustrasi kawanan kera (istimewa) (yull/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng-Boyolali-Makin seringnya kawanan kera berinteraksi dengan pemukiman warga, menjadikan kawanan kera di lereng Merapi semakin terampil dan adaptif. Tak hanya memakan komoditas pertanian di ladang warga, mereka kini juga pintar naik ke atap dan merusak genting rumah. Kawanan kera juga semakin berani menjarah persediaan pakan ternak dipemukiman warga.
“Singkong untuk pakan ternak juga diambil, ditempat lain malah berani membuka genting rumah dan mencuri makanan,” kata Sarwono tokoh masyarakat Desa Jemowo, Kecamatan Tamansari.
Menurut Sarwono, belakangan ini jumlah kelompok kawanan kera itu semakin bertambah. Setiap kelompok kera jumlah anggotanya sekitar 30 hingga seratusan ekor.
“Ini sudah ada empat kelompok kawanan kera, jadi kami semakin kewalahan. Tanaman singkong di lahan 2000 meter dalam tiga hari habis dijarah kera-kera itu,” ujarnya. Jumat 8 Juli 2022.
Untuk menangkal serangan kera yang biasanya bergerak dalam kelompok yang anggotanya mencapai puluhan ekor, warga mengandalkan anjing. Biasanya saat sudah berhadapan dengan anjing yang bisa agresif, kawanan kera akan menyingkir. Namun bila bertemu dengan manusia, kawanan kera itu seperti tak ada takutnya.
“Serangan kawanan kera ini sudah dari dulu terjadi, biasanya menyerang ladang. Jagung, sayur, atau apapun yang ditanam di ladang,” katanya.
Karena hidup berbatasan dengan kawasan hutan Merapi, warga pun terkadang maklum saja menjadi sasaran penjarahan kawanan kera. Berbagai upaya sudah dilakukan, misalnya menanam tanaman buah di habitat kera. Pohon jambu, apel, sawo, dan jeruk sudah ditanam, namun kebanyakan mati karena bibit tanaman tertutup rumput ilalang yang tinggi. Warga pun tak punya ketelatenan jika harus merawat tiap hari sebab ditanam jauh di dalam hutan.
“Kawanan kera turun ke bawah mungkin karena makanan di habitatnya sudah berkurang atau rusak, makanya kami perlu campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah ini,” imbuh Sarwono.
Sutarto warga Desa Sangup Kecamatan Tamansari, menambahkan, sejak erupsi Merapi 2010 lalu, lahan pertanian di kawasan Sangup hanya dapat ditanami tembakau dan cabai. Petani sering gagal panen jika bertanam singkong, jagung atau tomat yang dinilainya lebih tahan akibat minim air.
“Petani sering merugi, selain di serang hama kutu putih juga serangan kawanan kera.”