Wabah PMK Tidak Berdampak Pada Harga Jual Susu Perah

Disnakan Boyolali mengajak peternak untuk waspada dan melaporkan ke mantri hewan jika ternak kurang sehat. Dengan begitu, ternak bisa langsung tertangani. (yull/Fokusjateng.com)

Fokus Jateng- Boyolali-Kabid Produksi Perternakan Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Gunawan Andrianta menyebut paparan PMK cukup berpengaruh pada produktivitas sapi perah. Karena lesi di mulut membuat sapi enggan makan. Padahal kunci tinggi rendahnya produksi susu berasal dari pakan sapi yang diberikan. Sehingga wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat produktivitas susu berkurang hingga 20 persen.
“Populasi sapi perah di Boyolali mencapai 94.000 ekor. Produksi rata-rata perhari bisa 10-20 liter /sapi. Pada 2021 produksi susu kita mencapai 51.000.000 liter dalam setahun. Kalau sehat produksi susu bisa kembali seperti semula, tergantung asupan makanan. Lalu nafsu makan juga sudah membaik, asupan nutrisi terpenuhi dengan kualitas pakan sesuai standar, maka produksi susu bisa pulih,” kata Gunawan.
Kabid Produksi Perternakan itu menambahkan, peternak susu perah paling banyak tersebar di kawasan lereng Merapi dan Merbabu. Karena secara iklim relatif cocok dengan suhu dingin. Penyebarannya seperti di Boyolali Kota, Musuk, Tamansari, Selo, Cepogo, Mojosongo, Gladagsari dan Ampel. “Hendaknya peternak untuk waspada dan melaporkan ke mantri hewan jika ternak kurang sehat. Dengan begitu, ternak bisa langsung tertangani,” imbau Gunawan.
Kendati secara umum PMK cukup berpengaruh pada produktivitas sapi perah, namun hal itu tidak berlaku bagi warga Desa Samiran, kecamatan Selo. Menurut Ketua Kelompok Tani dan Ternak Dadi Maju, Desa Samiran, Selo, Suparno mengungkapkan wabah PMK tidak berdampak pada harga jual susu perah. Warga Desa Samiran rata-rata berprofesi sebagai petani dan peternak. Hasil susu perah di Desa Samiran termasuk kualitas tinggi. Dalam sehari, dari 50 sampai 60 ekor sapi perah bisa menghasilkan antara 350 hingga 400 liter susu.
“Harga susu perliter kualitasnya baik bisa Rp5.500 hingga Rp5.700 per liter. Itu dari petani. Kalau kualitasnya cukup bagus. Mungkin harganya dinilai lebih murah ya karena jarak pengambilannya lebih jauh. Untungnya selama wabah ini kami aman-aman saja. Produksi susu sapi juga aman, harga juga masih normal,” papar Suparno.