Expedisi Bengawan Solo 2022 langkah Awal Revitalisasi Fungsi Sungai

FOKUSJATENG.COM, SURAKARTA – Bera wal dari rasa empati melihat kondisi Bengawan Solo yang semakin memprihatinkan, muncullah ide Misi Ekspedisi Bengawan Solo (MEBS) 2022 diinisiasi oleh Komunitas Stand Up Paddle Board Indonesia dan Yayasan Putra Nusantara sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi mulia terhadap keberadaan sungai.

Zaman dahulu Sungai yang berfungsi dan dikedepankan sebagai penyedia air bersih, sarana transportasi, lahan mata pencaharian, sumber irigasi bagi tambak dan pertanian, semakin lama justru beralih menjadi ‘buritan’ sebagai tempat pembuangan limbah dan sampah.

Persentase ketersediaan air bersih kian hari semakin berkurang atau mengalami penyusutan. Hal itu terjadi seiring dengan industrialisasi, perubahan iklim dan eksploitasi yang sewenang – wenang terhadap keberadaan sungai hingga akhirnya mengorbankan lingkungan.

Bengawan Solo sebagai salah satu penyuplai ketersediaan air tawar terbesar di Pulau Jawa membentang melintasi 15 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Namun, pemanfaatan yang tidak selaras dengan upaya konservasi yang dilakukan, imbasnya kini semakin dirasakan masyarakat di sepanjang bantaran sungai.

Dampak dari pencemaran sungai yang berasal dari limbah industri juga makin diperparah dengan banyaknya sampah, termasuk pula sampah plastik dan popok yang dibuang masyarakat.

Penanggung Jawab Misi Aksi dan Mitigasi Ekspedisi Bengawan Solo, Topan Ardi, mengatakan, tak hanya mengajak untuk mengenang kejayaan Bengawan Solo sebagai bagian dari pusat peradaban Tanah Jawa, melalui sisi historis, ekspedisi ini juga bertujuan untuk menyajikan data mengenai kondisi terkini Bengawan Solo dan memetakan strategi konservasi, yang
tentunya selaras dengan
poin-poin dalam Sustainable Development Goals.

Dia menyebutkan, hampir seluruh wilayah yang dilalui aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah lumbung pangan nasional, termasuk pula beberapa daerah di Jawa Timur seperti Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Akan tetapi, ketika musim kemarau daerah tersebut mengalami kekeringan dan dilanda banjir bila musim penghujan tiba.

“Maka kami menganggap kepedulian terhadap Bengawan Solo ini bukan hanya tanggung jawab dari satu atau dua kota maupun kabupaten saja, tetapi menjadi tanggung jawab dari masyarakat di seluruh wilayah yang dilalui oleh aliran Bengawan Solo,” jelas Topan, saat ditemui awak media usai kegiatan pengarungan, ketika singgah di Taman Sunan Jogo Kali, Pucangsawit, Jebres, Kota Solo, Sabtu (15/7/2022).

Lebih lanjut ia menyampaikan, misi ekspedisi ini mengusung konsep river side ecologycal society guna menggalang partisipasi masyarakat yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, dari kawasan hulu hingga ke hilir. Di samping itu, juga mengajak pemerintah, pelaku usaha maupun stakeholder terkait untuk ikut terlibat dan berkontribusi terhadap ekologi yang berkelanjutan.

“Harapannya, dengan aksi bersama sejumlah komunitas atau Kolaboraksi ini, dapat menumbuhkan kesadaran dan mengajak masyarakat untuk ikut peduli terhadap keberadaan Bengawan Solo. Sehingga masyarakat tidak hanya melihat Bengawan Solo sebagai aliran sungai saja, akan tetapi juga dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi kehidupan,” tandas Topan, yang juga selaku Pembina Yayasan Putra Nusantara.

Dalam kesempatan yang sama, Penanggung Jawab Misi Penjelajahan, Ermiko Effendi, menjelaskan, misi penjelajahan lintas provinsi ini akan menempuh jarak sejauh 462 kilometer, 491 desa yang berada di 12 kabupaten di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ekspedisi ini akan berlangsung selama satu bulan dari 14 Juli hingga 14 Agustus 2022, adapun tim ekspedisi diberangkatkan dari outlet atau pintu air Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah dan akan berakhir di Desa Bedanten, Gresik, Jawa Timur.

Ermiko mengatakan, sungai sebagai urat nadi bumi dalam bentuk air yang bukan hanya menjadi kebutuhan bagi manusia, namun juga bagi seluruh makhluk yang ada. Karenanya, misi ekspedisi ini mengusung tiga tajuk besar, yakni ekologi atau lingkungan berkelanjutan, sosial budaya dan ekonomi.

“Tiga hal itu sebenarnya juga digaungkan oleh pemerintah. Artinya pemerintah juga memiliki program terhadap ekologi atau lingkungan berkelanjutan, sosial budaya dan ekonomi. Maka ini akan menjadi gayung bersambut apabila program tersebut terus berkelanjutan. Dan kami pun sebagai komunitas tentunya juga akan siap berkolaborasi,” terangnya.

Ia menambahkan, bukan sebatas pengarungan sungai dengan jarak yang jauh, dalam Misi Ekspedisi Bengawan Solo dilakukan riset data lingkungan yang bekerjasama dengan sejumlah kalangan akademisi, di antaranya yaitu dari UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Universitas Muhammadiyah Gresik dan Universitas Islam Lamongan, .

“Dalam hal ini, kami dibantu akademisi dari sisi rekam data dan maping atau pemetaan. Adapun hasil akhirnya nanti akan dijadikan sebuah rekomendasi. Tidak hanya rekomendasi soal ekologi, namun juga termasuk sosial budaya dan sejarah serta potensi ekonomi yang dapat diciptakan nantinya, salah satunya adalah spot tourism,” paparnya.

Rekomendasi tersebut, lanjut Ermiko, nantinya akan disampaikan kepada setiap Kepala Daerah di 12 kabupaten atau kota yang telah dilewati misi ekspedisi ini.

“Harapannya, dari rekomendasi tersebut kita akan memperoleh potret terkini kondisi Bengawan Solo mulai dari hulu sampai hilir, untuk selanjutnya bisa diambil langkah bersama untuk upaya pemuliaan Bengawan Solo ini,” pungkasnya.

Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 ini didukung oleh sejumlah organisasi maupun komunitas peduli lingkungan dari beragam latar belakang, di antaranya yaitu Oi Crisis Center, FAJI Kota Surakarta, RG Plus, TRKR, Saya Pejalan Bijak, Komunitas Pecinta Alam Bebas (Kopi Alas) U40 Indonesia, Wana Rescue Indonesia, Barmah Hats Indonesia, Aliansi Air, Masyarakat Sejarawan Indonesia Jawa Timur, Youth Society, ORARI Lokal Kota Surakarta, Ademos, Desa Wisata Foundation Lamongan, Pengurus Pelestarian Makam Penggede Bedanten Gresik, Kaskus, Rumah Sejarah dan Budaya Lamongan, Blogger Bojonegoro dan Indonesia Mapping Comunity.

Sebagai informasi, Kota Solo menjadi kota lintasan ke tiga setelah sebelumnya tim ekspedisi tersebut mengarungi kawasan hulu Bengawan Solo dari Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo.

Anggota tim berkesempatan singgah di kompleks Cagar Budaya Pesanggrahan Langenharjo di Kabupaten Sukoharjo dan Taman Sunan Jogo Kali, Kota Solo serta melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya yaitu sarasehan mengulas sejarah seputar Bengawan Solo dan penyerahan bibit pohon kepada masyarakat.

Misi Ekspedisi Bengawan Solo tak hanya mendapat apresiasi dari Koordinator Masyarakat Hulu Bengawan Solo, Danar Rahmanto, tetapi juga oleh perwakilan Keraton Kasunanan Surakarta melalui GPH Suryo Wicaksono atau Gusti Nino, salah satu putra dari Paku Buwono XII. ( kl /bre)