Pelaku Vandalisme Mendapat Sanksi Harus Membersihkan Hasil Coretannya

Ditunggu petugas Satpol PP Boyolali, pelaku menjalani hukuman dengan membersihkan hasil coretannya (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI – Dua remaja yang tertangkap melakukan aksi vandalisme, di kawasan Boyolali akhirnya mendapat hukuman dengan membersihkan hasil coretannya itu. Utamanya tulisan yang dibuat di kawasan Komplek Perkantoran Setda Boyolali Terpadu.
Sebagaimana diberitakan jajaran Satpol PP Boyolali berhasil menangkap basah dua pelaku corat-coret. Kedua pelaku, AB dan Ak warga Kecamatan Teras tertangkap tangan saat mencorat- coret tembok di wilayah Kecamatan Cepogo. Untuk pembersihan pertama, kedua pelaku ini dibawa ke patung Sukarno di Jalan Merdeka Timur, pada Kamis 28 Juli 2022.
Kepala Satpol PP Boyolali Sunarno mengatakan kedua pelaku kenai sanksi membersihkan hasil coretannya di landasan patung. Karena tulisan dibuat dari spidol, maka tulisan dengan mudah dihapus menggunakan kain yang dibasahi tiner. Pelaku kemudian diminta menghapus tulisan di papan baliho, papan penunjuk jalan serta tembok SMKN 1 Mojosongo.
“ AB ini mengakui sudah membuat coretan di seratus tempat lebih. Coretan bertulis ‘dong adas’ itu sebagian ditulis menggunakan spidol, sebagian lainnya dengan cat semprot,” kata Sunarno.
Kepala Satpol PP Boyolali menegaskan, hukuman sosial tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi pelaku. Pihaknya juga memanggil orang tua atau wali kedua pelaku. Harapannya, mereka bisa lebih ketat memantau kegiatan anaknya.
“Yang paling berperan kan orang tua. Jadi mereka ikut dipanggi aagar bertanggungjawab terhadap pendidikan dan perbuatan anaknya,” tegasnya.
Sementara, dalam pengakuannya Ab selama ini tinggal bersama kakeknya. Sedangkan orang tuanya tinggal di Jakarta berjualan sayuran. Dirinya kadang- kadang juga ikut membantu jualan sayuran. “Namun kadang jenuh dan pulang ke rumah kakek di Teras,” kata Ab.
Terkait semua coretannya bertuliskan dong adas, Ab mengaku tidak punya alasan khusus. Ia hanya ingin tampil beda dengan para pelaku lainnya.
“Ya, biar berbeda dengan yang dibuat orang lain saja. Di Solo, saya kenal lima orang yang memiliki hobi sama. Tapi menggunakan kata dalam Bahasa Inggris. Agar beda, saya pakai tulisan ‘dong adas’. (*)