FOKUS JATENG-BOYOLALI, Warga Dusun Sidotopo, Cabeankunti,Cepogo menggelar kenduri di pertapaan nangka prada. Acara kenduri ini merupakan kegiatan anggoro kasih alias Selasa Kliwon. Rutin digelar tiap selapan atau tiap 35 hari sekali. Selain rangkaian doa dimunajatkan, warga guyup rukun dan makan bersama. Kenduri ini digelar selepas warga bergotong royong membersihkan pertapaan Nangka Prada serta Petirtaan Cabean Kunti.
Menurut warga sekitar, disebut Pertapan Nangka Prada dikarenakan lokasi tersebut ‘konon’ merupakan salah satu tempat para resi untuk bertapa maupun mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya.
Sementara ada warga menambahkan sekitar tahun 1985 di lokasi tersebut terdapat pohon nangka besar, kemudian tumbang akibat diterjang angin topan.
“Nah, tidak seperti pohon nangka lainnya, pada getah pohon yang tumbang itu berwarna merah, dan nangka yang dibelah pun berwarna kuning emas. Sehingga warga semakin meyakini bahwa tempat itu memang pertapan,” ujarnya.
Sedangkan terkait kenduri yang selalu digelar pada selasa kliwon, dikarenakan selasa kliwon atau anggoro kasih merupakan neptu tertinggi dalam kepercayaan jawa. Selain itu anggoro kasih dipercaya memiliki perilaku yang penuh dengan welas asih.
“Untuk melestarikan peninggalan para leluhur maka dilakukan kegiatan anggoro kasih, nawu sendang dan bersih-bersih. Jadi warga menggelar kenduri di Sendang Pitu, di pertapaan, termasuk di setiap masjid ,” imbuh Sekretaris Desa (Sekdes) Cabean Kunti, Sulistyo pada, Selasa 2 Agustus 2022.
Tradisi ini sudah berlangsung lintas generasi. Tujuannya, menjaga agar situs tetap terawat dan lestari. Apalagi, Sendang Pitu memberikan penghidupan sebagai sumber air bersih. Tak hanya bagi warga Desa Cabean Kunti, namun, juga desa lainnya.
“Kalau gak digelar Anggara Kasih, sumber airnya bisa mati,” terangnya.
Menurut ketua perhimpunan pemerhati dan penggiat sejarah dan budaya Boyolali BHS, Kusworo, Situs Sumur Pitu Cabean Kunti atau yang dikenal dengan nama Patirtan Cabean Kunti merupakan jejak peninggalan arkeologi dan tinggalan tradisi leluhur yang masih lestari sampai sekarang.
Bahkan biasa tampil di acara-acara rutin ritual desa/dukuh seperti metri desa, bersih desa, nyadran dan lain lain. Hali ini menunjukan keharmonisan hubungan antara Manusai, Alam, dan Budayanya sudah terjaga sejak sekian lama. “Ketujuh sumur tersebut tersebar di tiga buah titik. Dua sumur terletak di belakang sumur-sumur baru.. Sumur pertama memiliki relief gana, dan juga kisah dalam bentuk fabel. Sedangkan sumur kedua yang terletak lebih ke dalam memiliki bentuk serupa namun tanpa relief,”katanya.
Situs Petirtaan Cabean Kunti atau sendang pitu ini memiliki tujuh mata air. Yakni, Sendang Jangkang – Sidotopo -Panglerepan atau lerep (Keinginan,red) – Kaprawiran – Cabeankunti Lanang (Laki-laki) Panguripan – Cabeankunti Kaputren (Perempuan) – Sendang Sembojo atau kesucian. Keberadaan situs ini juga didukung dengan peninggalan-peninggalan sejarah. Baik fragmen batuan candi dan lainnya. Keberadaan situs ini juga disertai dengan mitos-mitos yang beredar di tengah masyarakat. (*)