Ratusan Siswa SMA 1 Simo Bakal Pentaskan Sendratari Legenda Simo

Makam Ki Ageng Singoprono di Desa Lembu Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG- BOYOLALI-Jelang penurunan bendera upacara detik-detik Proklamasi, pada 17 Agustus 2022, ratusan siswa kelas X SMAN 1 Simo Kabupaten Boyolali, bakal mementaskan sendratari legenda asal-usul Desa Simo. Pertunjukan panggung teaterikal ini selain sebagai bentuk implementasi kurikulum merdeka belajar, juga sekaligus untuk meyambut dan memeriahkan acara upacara 17 Agustusan.
Kepala SMA N 1 Simo, Jumadi mengatakan pentas teaterikal legenda Simo ini merupakan implementasi kurikulum merdeka belajar, yakni projek penguatan profil pelajar Pancasila.
“ Sengaja yang akan ditampilkan, kami mengangkat legenda Simo, dalam bentuk drama dan tari yang diselingi olah raga pencak silat,” jelasnya usai Gladi bersih di Lapangan Simo, Boyolali, Selasa 16 Agustus 2022.
Pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama ini akan menyajikan wiracarita Legenda Simo. Tidak tanggung-tanggung seluruh siswa kelas X, atau sebanyak 360 siswa bakal dilibatkan untuk memeriahkan acara tersebut . Bahkan, Tak hanya siswa saja yang dilibatkan projec ini, puluhan guru juga terlibat langsung dalam pagelaran teaterikal kolosal ini.
Menurut, Guru Sejarah, R. Surojo mengatakan legenda terbentuknya Simo berawal dari Kerajaan Demak yang mau menyerang Pengging. Saat itu, Adipati Pengging, Kebo Kenongo yang tak mau tunduk ke kerajaan Demak berbuntut panjang.
“ Akhirnya Sunan Kudus membawa prajurit ke Pengging dengan membawa Pusaka Bende Kyai Bancak,” tutur pengamat sejarah Boyolali ini.
Sebelum sampai di Pengging, pasukan yang dibawa Sunan Kudus istirahat di Tambak Segaran yang saat ini menjadi nama sebuah dukuh. Pasukan Kerjaaan, kemudian dilatih di kali Tempuran.
Saat berlatih itu, Sunan Kudus di Desa Walen mendengar adanya seorang wali, Ki Ageng Singoprono yang namanya sangat tersohor akan keilmuannya.
“Walen sendiri berarti tempat seorang wali. Nama ini merujuk pada seorang sakti menyerupai wali yang tinggal di sana, yakni Kiai Singaprana,” ujar Surojo.
Sunan Kudus pun berniat untuk ‘menguji’ dan meminta petunjuk Ki Ageng Singoprono itu dengan menyamar sebagai seorang pengemis. Singkat cerita, penyamaran wali itu diketahui Kiai Singoprono. Orang bijak itu lalu bersimpuh memberi hormat kepada wali yang menyamar sebagai pengemis itu.
Sunan Kudus utusan Raden Patah selanjutnya menyampaikan maksud kedatangannya. Selain untuk menyelidiki kebenaran kabar tentang adanya orang sakti dari Desa Walen, Sunan juga ingin menanyakan apakah kekuatan Ki Kebo Kenanga yang bermarkas di Pengging bisa ditaklukkan oleh pasukan Kerajaan Demak. Menjawab pertanyaan itu, wali itu oleh Ki Ageng Singoprono kemudian diminta menabuh bende yang ada di Segaran Desa Walen.
“Jika gamelan itu berbunyi mengaum seperti singa, maka pertanda pasukan Kebo Kenongo bisa dikalahkan oleh pasukan Demak. Tapi, jika tak berbunyi, lebih baik kembalilah ke Demak.”
Maka, dipukulah gamelan itu oleh Sunan Kudus. Tanpa diduga, bende itu mengaum seperti singa. Suaranya terdengar ke pelosok Boyolali hingga membuat masyarakat terkaget dan heran.
“Suara apa itu kok mbaung seperti Simo (singa). Nah, sejak peristiwa itulah, nama desa tersebut disebut Simo,” pungkasnya. (*)