FOKUS JATENG-BOYOLALI-
Kebudayaan Hindu-Budha di kawasan lereng Gunung Merapi merupakan hal yang menarik untuk di telusuri. Kendati masa lampau, masyarakat di masa itu telah menghasilkan sebuah kebudayaan yang besar dan mewah. Hasil kebudayaan ini biasanya berupa situs candi yang masih dapat kita nikmati pesona keindahannya.
Salah satunya situs Candi Sari yang diperkirakan merupakan peninggalan dari jaman Mataram Hindu kuno.
“Situs Candi Sari ini peninggalan sekitar abad 9, Mataram Hindu kuno,” kata juru pelihara (Jupel) Candi Sari, Sutrisno, Sabtu 27 Agustus 2022.
Situs Candi Sari terletak di Lereng Timur Gunung Merapi, tepatnya di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Situs cagar budaya itu berada di puncak sebuah bukit, tak jauh dari pemukiman warga. Namun komplek candi ini tampak cukup terawat.
Bahkan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng, telah menempatkan juru pelihara untuk merawat benda cagar budaya itu agar tidak rusak.
Juru pelihara Candi Sari menjelaskan, sejak sekitar tahun 1976, BPCB Jateng menempatkan juru pelihara di situs Candi Sari. Sehingga situs purbakala ini terawat dengan baik. Saat letusan gunung Merapi, batuan situs itu ditutup menggunakan plastik atau terpal agar batu tidak rusak.
Pemeliharaan dilakukan agar situs dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat pengunjung, baik untuk keperluan Pendidikan sejarah maupun kegiatan wisata dan peribadatan dari umat Hindu.
“Sebelum pandemi COVID-19 itu sebulan bisa 2.000 lebih pengunjung. Setelah itu berkurang, tapi setelah ada pelonggaran kegiatan masyarakat, sudah ada kenaikan lagi. Sebulan itu 600 sampai 1.000, ada,” ujarnya.
Para pengunjung tersebut, lanjut Sutrisno, untuk sejumlah keperluan. Ada yang untuk peribadatan dari umat Hindu. Kemudian juga ada untuk kepentingan Pendidikan serta untuk kegiatan pariwisata.
“Pengunjung disini gratis, tidak dipungut biaya retribusi,” kata Sutrisno.
Tampak, disekililing situs, khususnya di samping kiri dan belakang dimanfaatkan warga untuk lahan pertanian. Meski berada di puncak bukit, namun mudah dijangkau karena bukitnya juga tidak terlalu tinggi.
Di pojok kanan belakang situs tersebut terdapat papan informasi yang menjelaskan tentang Candi Sari. Disebutkan dalam papan informasi itu, bahwa Candi Sari sekarang hanya tersisa pondasinya serta beberapa peninggalan masa Hindu – Buddha.
Diatas pondasinya terdapat empat buah batu andesit berbentuk seperti ratna di setiap sudutnya. Serta satu buah Lingga semu di atas seperti lapik arca yang diletakkan di tengah pondasi.
Candi Sari Cepogo bernafaskan agama Hindu, karena pada candi tersebut ditemukan benda purbakala masa Hindu – Buddha. Yaitu satu buah Yoni dan satu buah arca Nandi tanpa kepala yang merupakan wahana atau kendaraan dari Dewa Siwa.
Menurut Sutrisno, situs Candi Sari ditemukan sejak jaman pemerintahan Belanda atau sekitar tahun 1915. Saat ditemukan, kondisi baru-batuan candi berserakan.
“Arca-arca yang masih bagus masih disimpan di muskala Semarang, sebagian di kantor BPCB Prambanan. Masalahnya ini kan tempatnya terbuka, penjagaannya tidak 24 jam, jadi menghindari risiko-risiko kehilangan itu, biar nggak hilang itu yang bagus-bagus memang diamankan,” pungkasnya. (*)
Pesona Situs Candi Sari di Lereng Timur Gunung Merapi
