FOKUS JATENG-BOYOLALI-Program replikasi kota sehat ditingkat kecamatan dicanangkan Boyolali. Ada sepuluh indikator turunan tatanan lokal yang akan direplikasikan. Termasuk didalamnya pendekatan fasilitas kesehatan juga dilakukan dengan jemput bola ke pasien.
Menurut Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Setda Boyolali, Insan Adi Asmono Pemkab Boyolali sukses mendapat penghargaan kabupaten sehat Swasti Saba Padapa. Pijakan tersebut akan direplikasi ditingkat kecamatan. Ada sepuluh parameter yang akan diturunkan. Agar tiap kecamatan bisa meniru dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
“Replikasi kabupaten sehat melalui kecamatan sehat. Program ini diharapkan mampu menggerakkan komponen kewilayahan dan puskesmas serta semua stake holder. Serta menjadi salah satu model pemberdayaan organisasi yang efektif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” jelasnya pada Jumat 2 September 2022.
Disebutkan sepuluh turunan yang akan direplikasikan tersebut diantaranya, tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri. Kemudian tatanan pemukiman, pasar rakyat sehat, sekolah sehat, tatanan rumah ibadah, tatanan pariwisata, tatanan transportasi dan tertib lalu lintas jalan. Selain itu, juga penataan perkantoran dan perindustrian, pemberian perlindungan sosial. Serta pencegahan dan penanganan bencana.
“Harapannya target kesehatan Boyolali bisa dicapai lebih cepat. Kemudian, kami juga menyiapkan program akses dokter spesialis jiwa dan paru dengan layanan jemput bola ke pasien. Untuk yang kejiwaan sudah berjalan. Maka kita dorong untuk layanan jemput bola ke pasien penyakit lain,” kata Insan.
Insan menjelaskan bahwa program ini membantu dan mendekatkan akses kesehatan pada pasien. Dokter akan melakukan visitasi ke rumah pasien untuk checkup pertama. Pasca perawatan di rumah sakit. Baru selanjutnya, pasien bisa melakukan kontrol ke rumah sakit (RS). Salah satu perhatian pemkab pada penanganan tuberkolosis (TB).
“Jadi, komponen negara sehat jika sudah bebas TB. Selain itu, akan dilakukan kegiatan loka karya mini ditingkat puskesmas. Hal ini dimaksudkan, untuk mengetahui penyakit apa yang paling banyak diderita masyarakat saat berobat ke puskesmas. Dengan begitu, pemkab bisa mengintervensi dengan menempatkan dokter spesialis dan umum untuk membantu penanganannya,” papar Insan.
Senada, Direktur RS Pandan Arang (RSPA) Boyolali, FX kristandiyoko menyebut telah membuat program RS tanpa pagar. Yakni, dokter akan jemput bola untuk menangani pasien di rumah. Pasca perawatan di rumah sakit. Sehingga checkup pertama dilakukan dengan visitasi dokter. Sehingga pasien tidak diberatkan harus datang ke RS. Dan bisa fokus pada pemulihan.
“Ada strategi rumah sakit tanpa pagar. Dapat diartikan menghapus batasan layanan kuratif, rehabilitasi, promotif dan preventif. Dokter mendekat ke masyarakat dengan kunjungan ke kelompok kesehatan di desa dan kecamatan bersama puskesmas,” katanya. (*)