BBM Naik, Angkutan Pedesaan Terpaksa Naikkan Tarif

Penumpang sepi, angkutan kota di Boyolali tidak bisa menaikkan tarif angkutan (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kenaikan harga BBM sangat dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha trasportasi umum, karena pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang keluarkan untuk membeli bahan bakar dan perawatan kendaraan. Di wilayah Boyolali, pasca kenaikan harga BBM pada akhir pekan lalu, diikuti dengan naiknya tarif angkutan pedesaan sebesar Rp1000. Sedangkan angkutan perkotaan tidak bisa menaikkan tarif angkutan karena sepinya penumpang. Pengemudi takut, jika tarif angkutan dinaikkan mereka akan kehilangan penumpang.
“Sekarang kenaikan BBM ini semakin sulit. Untuk tarif belum bisa kita naikkan karena tidak penumpang, kalau ada penumpang seperti kemarin itu bisa saja, misalnya ada penumpang mau naik angkutan umum kita bisa saja menaikkan, tapi kalau ini tidak bisa. Mau dinaikkan bagaimana, tidak ada penumpangnya. Kalau kita naikkan pedagang satu dua tiga , nanti malah lari, tidak ada yang naik nanti,” kata Muhammad Syukur, pengemudi angkutan dalam kota, saat ditemui di Pasar Sunggingan Boyolali, pada Senin 5 Sepetember 2022.
Dijelaskan, Para penumpang rata-rata adalah pedagang, masyarakat umum, dan pelajar. Tarif angkutan yang berlaku saat ini adalah Rp4.000 untuk masyarakat umum dan Rp2.500 untuk pelajar. Sepinya penumpang ini membuat angkutan ini hanya bisa beroperasi 3 kali putaran(rit) dalam sehari. Pendapatan rata-rata dalam sehari para pengemudi hanya bisa mengantongi keuntungan bersih tidak lebih dari Rp50.000.
Sementara, kondisi berbeda untuk bus angkutan pedesaan, terhitung sejak sehari pasca kenaikan BBM, rata-rata mulai menaikkan tariff angkutan sebesar Rp1000. Tarif sebelumnya sebesar Rp5000, kini menjadi Rp6000 per sekali angkut. Penyesuaikan tarif ini menurut nereka sebagai imbas kenaikan harga BBM, namun sepinya penumpang penumpang juga dituding sebagai salah satu penyebab menurunnya pendapatan mereka. Dalam sehari bus angkutan pedesaan ini hanya bisa melayani penumpang hanya dua rit sja yakni dari wilayah Selo-Cepogo-Boyolali.
“Ya tarifnya ya efeknya penumpang tidak ada. Untuk tarif harus dinaikkan untuk menyesuaikan BBM, naiknya Rp1000, dari Rp5000 sekarang Rp6000. Ya, habis untuk beli solar saja, sekarang kalkulasinya itung-itung per orang, sekarang solar naiknya Rp2000, kalau penumpang seorang cuma Rp1000, ya agak berkurang penghasilannya , penumpang sepi ya cuma itu saja , kalau harian ya cuma itu bakul-bakul , sehari dua kali PP,” kata salah satu sopir bus pedesaan Mawardi. (*)