Warga Cabean Kunti Gelar Tradisi Nawu Sendang Anggoro Kasih

Tradisi Nawu Sendang Anggoro Kasih (Selasa kliwonan). Tradisi ini hidup di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Masyarakat masih rutin menggelar tradisi ini setiap Selasa Kliwon (kalender Jawa) . (doc.bhs/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI – Kawasan lereng Gunung Merapi Merbabu dikenal memiliki berbagai tradisi masyarakat yang beragam. Sebagian tradisi yang berkembang secara turun temurun masih tetap hidup dan lestari hingga kini. Salah satunya adalah tradisi Nawu Sendang Anggoro Kasih (Selasa kliwonan). Tradisi ini hidup di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Masyarakat masih rutin menggelar tradisi ini setiap Selasa Kliwon (kalender Jawa) .
Tradisi Nawu Sendang Selasa Kliwonan merupakan sebuah ungkapan rasa syukur dari masyarakat yang kebanyakan bekerja sebagai petani. Tradisi ini juga menjadi simbol pembersihan diri dengan cara membersihkan semua sumber air di Desa Cabean Kunti setiap Selasa Kliwon dilanjutkan sedekahan kenduri pengucap syukur di Komplek Sumber Pitu Situs Cabean Kunti, pada Selasa 6 September 2022.
Sekretaris Desa (Sekdes) Cabean Kunti, Sulistyo mengatakan kenduri yang selalu digelar pada selasa kliwon, dikarenakan selasa kliwon atau anggoro kasih merupakan neptu tertinggi dalam kepercayaan jawa. Selain itu anggoro kasih dipercaya memiliki perilaku yang penuh dengan welas asih.
“Untuk melestarikan peninggalan para leluhur maka dilakukan kegiatan anggoro kasih, nawu sendang dan bersih-bersih. Jadi warga menggelar kenduri di Sendang Pitu, di pertapaan, termasuk di setiap masjid ,” katanya.
Tradisi ini sudah berlangsung lintas generasi. Tujuannya, menjaga agar situs tetap terawat dan lestari. Apalagi, Sendang Pitu memberikan penghidupan sebagai sumber air bersih. Tak hanya bagi warga Desa Cabean Kunti, namun, juga desa lainnya.
“Kalau gak digelar Anggara Kasih, sumber airnya bisa mati,” terangnya.
Menurut ketua perhimpunan pemerhati dan penggiat sejarah dan budaya Boyolali BHS, Kusworo, Situs Sumur Pitu Cabean Kunti atau yang dikenal dengan nama Patirtan Cabean Kunti merupakan jejak peninggalan arkeologi dan tinggalan tradisi leluhur yang masih lestari sampai sekarang.
Bahkan biasa tampil di acara-acara rutin ritual desa/dukuh seperti metri desa, bersih desa, nyadran dan lain lain. Hali ini menunjukan keharmonisan hubungan antara Manusia, Alam, dan Budayanya sudah terjaga sejak sekian lama. “Ketujuh sumur tersebut tersebar di tiga buah titik. Dua sumur terletak di belakang sumur-sumur baru.. Sumur pertama memiliki relief gana, dan juga kisah dalam bentuk fabel. Sedangkan sumur kedua yang terletak lebih ke dalam memiliki bentuk serupa namun tanpa relief,”katanya.
Situs Petirtaan Cabean Kunti atau sendang pitu ini memiliki tujuh mata air. Yakni, Sendang Jangkang – Sidotopo -Panglerepan atau lerep (Keinginan,red) – Kaprawiran – Cabeankunti Lanang (Laki-laki) Panguripan – Cabean Kunti Kaputren (Perempuan) – Sendang Sembojo atau kesucian. Keberadaan situs ini juga didukung dengan peninggalan-peninggalan sejarah. Baik fragmen batuan candi dan lainnya. Keberadaan situs ini juga disertai dengan mitos-mitos yang beredar di tengah masyarakat. (*)