Buruh dan Sopir Mendesak Adanya Penyesuaian Terkait Kenaikan BBM

Wahono Ketua DPD KSPN Kabupaten Boyolali (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-DPD Kesatuan Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Boyolali medesak pemerintah mengkaji ulang kenaikan BBM. Mengingat dampak kenaikan BBM bakal diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok. Buruh berharap ada penyesuaian upah pekerja di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ketua DPD KSPN Boyolali, Wahono menilai Kenaikan BBM sangat berpengaruh dengan kebutuhan hidup layak. Jika, BBM jenis pertalite naik hingga 30 persen. Yakni dari Rp7.600 menjadi Rp10.000. Sedangkan upah buruh di Boyolali tahun ini hanya naik Rp10.000 saja.
“Jenis pertalite naik hampir 30 persen. Artinya dengan adanya kenaikan BBM, upah buruh akan mengalami inflasi. Jadi bahan pokok naik, upah tidak naik. Dan daya beli pekerja pasti akan turun. Buruh akan tidak bisa membeli bahan pokok dengan dampak kenaikan BBM ini,” katanya.
Kemudian ribuan buruh yang bekerja dengan sepeda motor. Otomatis mereka membutuhkan BBM untuk transportasi. Ketika harga BBM naik, maka pengeluaran juga bertambah. Wahono meminta agar kenaikan BBM ini dikaji ulang oleh pemerintah. Karena dampaknya akan sangat luas dan memberikan efek domino.
” Tentu harapannya ada penyesuaian upah, Kalau BBM naik 30 persen. Idealnya ada kenaikan upah setidaknya ya mengikuti kenaikan harga BBM,” ujarnya.
Senada, Ketua DPC Organda Boyolali, sekaligus pemilik PO Tulus Rapi, Tulus Budiyono. Pihaknya mendesak agar ada kejelasan. Terutama tentang pedoman penyesuaian tarif angkutan. Saat ini pihaknya mengaku tak berani menaikan tarif. Namun hanya mengandalkan kesadaran dari penumpang untuk menambahi tarif.
“Kalau memang BBM itu dinaikan, harus diikuti minimal ya ongkos angkut itu ya disesuaikan. Tarif angkutan mohon untuk dinaikan. Sehingga tidak jadi suatu gejolak. Ini yawes piye (Gimana) pengusaha ya repot. Mau menaikan tapi tidak ada dasarnya,” keluhnya. (*)