Dandim 0724/Boyolali Merespons Soal Gerombolan TNI

Dandim 0724/Boyolali Letkol Arm Ronald F Siwabessy (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Tidak sedikit prajurit TNI protes atas pernyataan anggota DPR Komisi I Effendi Simbolon yang menyebut TNI seperti gerombolan ormas. Video protes mereka beredar di media sosial (medsos).
Dandim 0724/Boyolali Letkol Arm Ronald F Siwabessy turut memberi respons terkait polemik tersebut.
Ronald F Siwabessy dalam keterangannya memaparkan, jika dari perspektif ilmu sosiologi, maka gerombolan adalah, sekelompok orang yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, untuk mencapai tujuan tertentu hingga hilangnya pemikiran yang rasional atau logis
“Sekarang kita bisa bandingkan saja, apakah gerombolan itu cocok dengan apa yang sudah dilakukan saat ini, ya kita cek saja faktanya. Bahwasanya kami TNI AD melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini (manunggal air dan ketahanan pangan), dan masih banyak kegiatan dan program yang langsung menyentuh masyarakat-masyarakat kecil. Saya kira, nanti masyarakat yang menilai sendiri, apakah kita ini gerombolan ataukan bukan,” tegas Dandim, Rabu 14 September 2022.
Ronald menyatakan, jika pihaknya bukanlah gerombolan. Namun demikian, dia meminta semua pihak untuk tidak berdebat dengan masalah tersebut. Ada yang lebih mengkhawatirkan ketimbang berdebat masalah pernyataan Effendi Simbolon tersebut.
Kondisi nasional saat ini, masalah inflasi pangan cukup mengkhawatirkan. Bahkan hingga Juli 2022 lalu secara year on year (yoy) menembus 11, 48 persen. Angka tersebut terbilang cukup tinggi.
“Oleh karena itu, maka hal Ini butuh penguatan dari segenap elemen. Dan TNI khususnya TNI AD sudah melakukan kegiatan nyata, dengan menyelenggarakan program ketahanan pangan, dan memperkuat distribusi air kepada masyarakat,” ungkapnya.
Inflasi Indonesia sendiri, menurut Dandim Siwabessy, pada bulan Juni 2022 sudah mencapai 4, 35 persen. Ini tentunya sangat luar biasa. Mengingat, ketika negara-negara lain seperti Libanon dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi yakni 211 persen, kemudian Srilanka yang mengalami kebangkrutan dengan inflasi sebesar 54,06 persen.
Tetapi justru Indonesia masih sangat jauh dari kondisi tersebut, namun tidak boleh disepelekan.
“Belajar dari Srilanka, maka kata kuncinya bangsa Indonesia harus bersatu, agar kita bisa melewati situasi inflasi ini, sama seperti kita melewati pandemi Covid-19. Jangan kita terpolarisasi dengan isu-isu kelompok, ataupun isu-isu dari kepentingan-kepentingan tertentu,” jelas dia.
“Saya mengutip kata dari bahasa Tiongkok yaitu Weijie yang berarti, krisis. Weijie berasal dari dua suku kata; Wei itu bahaya, sedangkan Jie berarti kesempatan. Jadi Weijie bermuara pada makna dimana ada krisis, atau dimana ada kesulitan, pasti di situ ada kesempatan. Nah, inilah yang perlu kita sadari bersama selaku bangsa Indonesia, mari kita gunakan dan orkestrasikan seluruh energi kita, untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini, tanpa dipusingkan dengan hal-hal yang bersifat isu,” papar Dandim. (*)