FOKUS JATENG-BOYOLALI-Banyaknya guru ASN yang pensiun setiap tahunnya, membuat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali sempat khawatir dalam memberikan pelayanan kegiatan belajar mengajar secara optimal di sekolah. Mengingat kebutuhan guru tiap tahunnya mencapai 500 orang. Selain itu angka guru yang pensiun tidak sebanding dengan guru yang masuk. Baik penambahan dari pegawai pemerintahan dengan perjanjian kontrak (P3K) maupun PNS. Belum lagi perhitungan kebutuhan guru berdasarkan tahun sebelumnya.
Sejauh ini, sekolah masih terbantu dengan adanya guru tidak tetap (GTT). Atau guru non P3K non PNS. Kondisi kekurangan guru membuat sekolah mengangkat GTT. Yakni melalui pengangkatan SK komite sekolah. Sedangkan penggajiannya diserahkan oleh sekolah melalui dana bantuan operasional sekolah (BOS). Namun, per Desember 2021 sudah ditetapkan bahwa pengangkatan GTT distop.
“Secara teoritis hampir disemua sekolah ada. Jumlahnya saya tidak tahu persis. Tetapi hampir disemua sekolah ada. Jabatan guru yang statusnya bukan PNS, bukan P3K juga bukan kelompok K2. Tetapi itu sangat-sangat dibutuhkan di sekolah tersebut. Karena ada guru yang pensiun, mutasi, sakit dan lainnya. Mau gak mau sekolah menambah guru itu (GTT),” kata Kabid SMP Disdikbud Boyolali, Lasno pada Selasa 20 September 2022.
Menurut Lasno, larangan mengangkat GTT berimbas pada kondisi sekolah. Dan tidak ada penambahan guru baik P3K maupun PNS. Ada tiga mata pelajaran (Mapel) dengan mayoritas kekurangan guru. Seperti guru Bahasa Indonesia, Guru Agama dan Guru Kesenian. Sehingga, sekolah memaksimalkan peran guru lain untuk mengisi. Terutama untuk mapel yang keilmuannya masih serumpun.
“Tapi kalau yang serumpun gak ada, ya dengan terpaksa diajar oleh guru lintas jurusan. Apa itu standar?, tapi realitasnya ada seperti itu dan cukup banyak, “ imbuhnya.
Kabid Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK), Puji Rahayu Fitriyani menambahkan kebutuhan guru memang cukup tinggi. Karena jumlah guru yang pensiun perbulannya mencapai sekitar 40 orang. Baik dijenjang TK, SD maupun SMP. Di sisi lain, ketersediaan guru mengandalkan seleksi CPNS yang diselenggarakan pemerintah pusat.
“Angka pensiun tahun ini lebih tinggi. Kalau tahun lalu rata-rata 30-an guru per bulan dijenjang TK, SD, SMP yang pensiun. Sekarang rata-rata angka pensiunnya sekitar 40-an guru. Sehingga kebutuhan guru tiap tahunnya mencapai 400-500 guru,” ujarnya.
Kendati demikian, kebutuhan guru ini tidak sampai menghambat kegiatan pembelajaran di sekolah. Pihaknya memaksimalkan peran guru PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), guru P3K serta guru tidak tetap (GTT).
“Pembelajaran masih terkaver dengan kita berdayakan yang ada. Karena aturannya gak boleh menambahkan. Maka kami berdayakan yang ada disitu, termasuk kita dapat tambahan 1.302 guru P3K tahap 1 dan 2 yang sudah ditempatkan. Kemudian, guru P3K tahap 3 sebanyak 418 yang belum ditempatkan karena tergantung formasi yang ditentukan oleh pemerintah pusat,” pungkasnya. (*)