FOKUS JATENG – BOYOLALI- Kerajinan kulit sudah lama digunakan di industri fesyen dunia. Keunggulan kulit yang lebih keras dan kuat menjadikan material kulit banyak dicari untuk dijadikan beragam benda seperti tas, ikat pinggang, sepatu, dompet dan lain-lain.
Di Boyolali, kerajinan kulit pun semakin menggeliat. Termasuk sektor UMKM seperti usaha kerajinan tas ikan pari di Desa Sambon, Kecamatan Banyudono.
“Alhamdulillah, kini pesanan mulai berdatangan lagi,” ujar Wawan Purnomo, pemilik kerajinan kulit ikan pari, Kamis 29 September 2022.
Wawan mengemukakan, kini ada lima pekerja di tempatnya. Yaitu, tiga pekerja tetap dan dua pekerja tambahan. Keduanya adalah mahasiswa STSI yang sebelumnya magang kerja di tempat tersebut. Mereka khusus mengerjakan lukisan tas.
“Ada tas dengan lukisan yang ternyata disukai pembeli,” ujarnya.
Dijelaskan, untuk pemasaran, selain penjualan langsung di tempat, juga ada beberapa pembeli asal Bali. Seiring kondisi pariwisata Bali yang pulih, maka pesanan kerajinan kulit ikan pari pun mulai berdatangan.
“Seperti pesanan tas, dompet, tempat lipstick hingga gantungan kunci dan ikat pinggang dengan harga ratusan ribu hingga jutaan,” kata Wawan.
UMKM ini juga menjual kerajinan hingga ke Dubai melalui tetangga yang bekerja di sana. “Ada tetangga yang bekerja sebagai perawat di Dubai. Setiap dia pulang, maka dia juga membeli tas, dompet dan hasil kerajinan untuk dijual lagi di Dubai. Peminatnya cukup banyak,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga mendapat tawaran untuk ikut pameran serta membuka usaha di Malaysia. Hanya saja, tawaran tersebut belum bisa dipenuhi karena terkendala dana. “Kebetulan ada kerabat yang bekerja di Konsulat di Malaysia menawarkan untuk ikut pameran. Sayangnya belum bisa saya penuhi karena terkendala biaya,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya saat ini terkendala sulitnya bahan baku kulit ikan pari. Bahan baku tersebut diperoleh dari pemasok di Yogya, Semarang hingga Jepara. Beruntung, dia sempat menyetok kulit sejak pandemi lalu.
“Sejak pandemi, saya selalu menabung dalam bentuk kulit. Jika kebetulan ada keuntungan, lalu saya beli kulit untuk persediaan.”
Selain itu, Wawan juga memilih membeli kulit secara borongan sehingga mendapatkan harga lebih murah. “Kalau borongan, memang kualitas kulit tidak sama. Ada pula lembaran kulit yang sobek atau rusak. Namun bagi saya tidak masalah karena kulit itu tetap bisa kami manfaatkan,” pungkasnya. (*)
Perajin Kulit Ikan Pari Boyolali Mulai Merambah Dunia
