FOKUS JATENG-BOYOLALI – Masyarakat yang tinggal di kawasan lereng Merapi semakin diresahkan ulah kawanan monyet atau kera ekor panjang. Makin seringnya monyet berinteraksi dengan pemukiman warga, membuat monyet-monyet di lereng Merapi makin pintar dan adaptif. Tak hanya memakan komoditas pertanian di ladang warga, mereka kini juga mulai merambah halaman rumah warga atau masuk kandang sapi untuk mencari makanan di dalam kandang.
“Sekarang monyet kadang sudah berani masuk kandang, biasanya lewat atap. Singkong untuk sapi juga diambil,” kata Widiyanto warga Dukuh Gobumi, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, akhir pekan kemarin.
Kini kawanan monyet yang populasinya bertambah pesat kian mengancam kehidupan warga dan terus menjarah apapun yang ditanam warga yang menjadikan sektor pertanian satu-satunya sumber penghasilan.
” Apapun dimakan. Bahkan bunga mawar yang saja kalau tidak dijaga dan diberi jaring keliling bisa habis,” jelasnya.
Untuk menangkal serangan monyet yang biasanya bergerak dalam kelompok yang anggotanya mencapai puluhan ekor, warga mengandalkan anjing atau jaring. Biasanya saat sudah berhadapan dengan anjing yang bisa agresif, monyet akan menyingkir. Namun bila berhadapan dengan manusia, tak jarang monyetnya masih berani melawan.
“Serangan monyet ini sudah dari dulu terjadi, biasanya menyerang ladang. Jagung, sayur, atau apapun yang ditanam di ladang. Dulu ada juga serangan babi hutan, tapi sekarang sudah tidak ada,”katanya.
Selain itu, petani hanya bisa menanam tembakau setahun sekali.
” Itu juga harus diberikan jaring keliling dan diawasi terus. Sebab kera ini juga akan merusaknya. Batang pohon tembakau akan dibelah lalu diambil bagian tengah-tengah batangnya untuk di makan,” jelasnya.
Karena hidup berbatasan dengan kawasan hutan Merapi, warga pun terkadang maklum saja menjadi sasaran penjarahan monyet. Berbagai upaya sudah dilakukan, misalnya menanam tanaman buah di habitat monyet. Pohon jambu, nangka, sawo, dan jeruk sudah ditanam, namun kebanyakan mati karena bibit tanaman tertutup rumput ilalang yang tinggi. Warga pun tak punya ketelatenan jika harus merawat tiap hari sebab ditanam jauh di dalam hutan.
Terhitung pasca erupsi Merapi 2010, kini sedikitnya ada 10 kelompok dengan rata-rata populasi mencapai lebih dari 100 ekor monyet yang menguasai sekitar Gobumi. Hampir setiap penjuru mata angin terdapat kelompok atau koloni monyet.
” Monyet-monyet ini tidak bisa bersatu. Kalau tiap kolompok bertemu pasti akan saling menyerang,” tambahnya.
Dengan banyaknya populasi monyet ini, semakin meresahkan warga sekitar.
Bahkan kera ini juga kerap masuk kawasan pemukiman warga untuk mengambil apapun yang bisa dimakan.
” Sekarang kalau mau tanam apa-apa tidak bisa. Otomotis kera ini semakin mengancam warga secara perlahan-lahan,”pungkasnya. (*)