FOKUS JATENG-BOYOLALI-Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tidak bisa diaggap ringan, Alek Budiyono warga Dusun Sidorejo, Desa Cabeankunti, Kecamatan Cepogo sudah membuktikan. Sebagai pengrajin sekaligus pengusaha aksesoris mobil berupa wheel dop, dalam sebulan bisa meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.
Alek Budiyono pemilik UMKM Wheel dop bercerita tentang perjalanan bisnisnya sejak 2017 yang bermula dari kebutuhan ekonomi.
“Awalnya saya kerja di resto Jakarta selama delapan tahun lalu pulang karena nikah. Di rumah gak ada pengalaman kerja, akhirnya saya kerja jadi sopir truk ekspedisi hampir dua tahun. Dari situ lihat truk-truk banyak yang pakai wheel dop bagus-bagus tapi bahannya fiber semua. Lalu pada 2017, lalu pengen tapi saat itu lapak online kan jarang,” ungkapnya saat ditemui di rumah produksi.
Kreativitas itu muncul setelah ia berhenti bekerja sebagai sopir. Dia ingin membuka usaha mandiri. Dia kemudian mencoba membuat wheel dop dari bahan plat besi dan alumunium. Semuanya dicoba. Namun, sejauh ini yang paling lentur, tebal dan kuat adalah plat alumuniun dari bekas travo. Sayangnya, biaya pembuatan lebih besar daripada bahan fiber. Bahkan wheel dop fiber kurang diminati. Dia kemudian membuat dari alumunium bekas yang dibelinya dari pengepul Dusun Tumang, Desa/Kecamatan Cepogo.
Satu set wheel dop untuk mobil dipostingnya di akun media sosial facebook. Tak disangka, ternyata postingan ini kemudian menjadi pembuka rezeki. Orderan pertama banyak datang dari orang-orang yang datang kerumahnya. Melihat peluang besar dari permintaan tersebut, Alek langsung menjemput bola, dia mulai merekrut perajin-perajin panci lainnya untuk membantu produksi.
“Saya ajari satu persatu, ada juga yang dua tahun baru bisa sendiri. Jadi saya percayakan dari proses awal sampai finishing semua. Saya khawatir kalau rekrut orang terlalu banyak takutnya mereka buat sendiri, pasarin sendiri. Maka saya jaga agar mereka tanggungjawab ke saya dan saya penuhi kebutuhan mereka,” tuturnya.
Saat pendemi kemarin, Alek mengaku sempat kesulitan mencari plat alumunium bekas travo.
“Padahal saat itu pesanan banyak. Sejak 2020 mulai reseller masuk. Penjualan sampai tembus di Thailand. Produksi saya bisa custom atau request bisa, dan lebih presisi. Mau diwarna juga bisa, meski banyak yang suka warna alami. Jadi saya akan belikan bahan yang sesuai hasilnya berapa set wheel dop. Jadi proses produksi saya percayakan ke pekerja saja,” ujarnya.
Belakangan ini, lanjut Alek yang tengah laris dipasaran, wheel dop dengan motif super grade. Harganya cukup terjangkau. Yakni Rp 350 ribu/ biji. Sedangkan wheel dop biasa, harganya bervariasi. Untuk mobil kecil dengan satu set empat wheel dop. Harganya berkisar Rp 650 -Rp 700 ribu. Sedangkan untuk truk fuso dan lainnya dengan enam set wheel dop harganya sekitar Rp 2 juta/set. Kini, dia masih melayani 100 set pesanan wheel dop.
“Omzet perbulan bisa Rp 50 juta. Saya bangganya dari dulu bukan siapa-siapa sekarang bisa bermanfaat bagi sekitar,” imbuhnya.
Terkait banyaknya pesaing pabrikan dengan harga lebih murah. Alek mengaku tak khawatir. Kendati pengerjaan manual, justru dinilai pas dan presisi. Kini, dia memiliki 18 pekerja dan tiga tempat produksi. Di Dusun Sidorejo, Cabeankunti serta Dusun Dukuhan dan Tumang, Cepogo. Alek mengaku kewalahan karena banjir pesanan.
“Karena kewalahan, sekitar enam bulan ini, kami sudah tidak lagi memposting di media sosial maupun marketplace. Apalagi juga melayani custom.” (*)