FOKUS JATENG- BOYOLALI-Ketersediaan air bersih lebih pada pengaliran ke masyarakat, merupakan masalah utama bagi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Ampera Boyolali. Kendati memiliki beberapa sumber air baku namun, lokasinya di bawah. Seperti di Tlatar, Kebonbimo, Boyolali Kota, lalu umbul di Nepen, Teras dan umbul-umbul di Pengging, Banyudono.
“Jadi saat sumber air baku dinaikan ke Boyolali Kota, cost-nya cukup berat. Biaya listrik tidak sebanding dengan biaya pelanggan, jadinya nombok. Maka tidak bisa dilakukan. Problemnya, tidak ada sumber air yang melintang di Boyolali yang bisa kita manfaatkan. Sehingga Boyolali hanya untuk tampungan-tampungan air hujan,” kata Dirut Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Ampera Boyolali, Sunarno, Senin 21 November 2022.
Dijelaskan, sangat sulit untuk menekan biaya instalasi ke pelanggan yang berada di daerah lebih tinggi, cost-nya juga tinggi. Karena harus memompa air agar sampai ke pelanggan. Tentu perlu bantuan listrik. Maka biaya penyaluran air semakin mahal. Terkait hal tersebut, saat ini ada lima embung atau tampungan air hujan yang dimanfaatkan oleh Perumda berada di dataran tinggi. Seperti embung Musuk 1 dengan volume tampung 90 ribu meterkubik air.
Disusul Embung Musuk 2 dengan volume tampung 150 ribu meter kubik. Kemudian, tiga embung di Jelok, Cepogo, yaknu Embung Melikan mampu menampung 53 ribu meter kubik air, Embung Besalen menampung 19 ribu meterkubik dan Embung Watugajah menampung 33 ribu meter kubik. Lalu embung Kedung Banteng di Cabeankunti, Cepogo mampu menampung 20 ribu meterkubik air.
“Kami sudah membuat sumur resapan itu bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup. Untuk meminta peta satelit untuk melihat, karena aliran sungai di bawah tanah itu terlihat. Artinya, di mana titik kita membuat sumur resapan itu biar alirannya itu ke Boyolali. Jangan sampai kita membuat sumur resapan tapi mengalirnya ke Salatiga, nah kalau begitu kan jadi tidak bisa memanfaatkan,” katanya.
Langkah pembuatan sumur resapan dan penanaman pohon diharapkan menaikan debit air di sumur Boyolali. Terutama untuk di daerah Kota dan Boyolali selatan.
“Untuk di daerah utara, seperti Kemusu, Juwangi, Karanggede, Wonosegoro, Wonosamudro dan lainnya. Lebih pada sumber yang airnya asin dan lainnya,” ujarnya.
Di Boyolali utara, lanjut Sunarno, kondisi geografisnya cenderung rata. Sehingga ketika dibangun embung, maka biaya untuk penyaluran air lebih tinggi. Sehingga lebih baik dibuatkan sumur resapan.
” Harapannya ada kelembaban di dalam tanah dan muncul mata air,” pungkasnya.(*)