Intip Inovasi Jamu Tradisional Diolah Jadi Kekinian

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kuliner kekinian seperti kopi susu, black coffee, Latte atau cappuccino semakin menjamur. Demikian halnya minuman herbal, tak mau kalah mulai menunjukan eksistensinya dengan banyak varian dan packaging. Salah satunya brand lokal di beri nama Wedang Djuminten yang mengangkat bisnis jamu tradisional menjadi kekinian.

Berbisnis dari rumah itulah yang dilakukan oleh Tuti Widayati, seorang ibu rumah warga Desa Candi, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah.

Dia memanfaatkan hasil panen empon-empon berupa jahe dan sereh dari para petani tetangga rumahnya, Tuti kini sukses menjalani bisnis menjadi seorang barista jamu kekinian, salah satu produk yang kini tengah laris manis adalah minuman peluntur lemak yang berbahan dari berbagai empon-empon dan rempah, seperti jahe merah, daun sereh, jeruk lemon, kayu manis, cengkeh dan berbagai bahan lainnya. Dari usahanya ini keuntungan yang dihasilkan setiap bulan mencapai jutaan rupiah.

“Kebetulan bahan-bahannya saya mengambil dari lingkungan sekitar saya saja, sekalian membantu petani yang ada disekitar saya,” katanya.

Untuk membuatnya, lanjut Tuti tidak sulit, cukup bersihkan jahe merah, kemudian iris jahe merah dan daun sereh, kemudian diblender. Seluruh bahan kemudian direbus menjadi satu hingga mendidih, terakhir saring dan kemas jamu kedalam botol. Ide pembuatan jamu peluntur lemak ini terlahir pada saat pandemi covid19, dimana banyak tetangga tuti yang mengalami tekanan darah tinggi saat akan melakukan vaksin sehingga proses vaksinasi covid menjadi tertunda, namun setelah mengkonsumsi jamu racikan Tuti ini, kondisi tubuh menjadi stabil dan bisa dilakukan vaksinasi.

“Itu idenya waktu pandemi kemarin, kebetulan waktu pandemi kemarin itu malah pada cocok peluntur lemak, dan terutama orang-orang yang waktu vaksin itu tujuannya jika mereka sudah minum itu tensinya turun jadi mereka bisa lolos untuk vaksin, lebih stabil,” imbuhnya.

khasiat lainnya dari jamu ini adalah bisa menurunkan berat badan dan menghangatkan tubuh. Dengan meramu jamu yang kekinian ini diharapkan masyarakat untuk tetap bisa mengkonsumsi jamu dengan cara yang enak.

“Khasiat kesehatannya itu membantu menurunkan berat badan, membantu mengurangi radang , membantu untuk stamina juga agar segar kembali. Saya pengen membuat jamu yang unik, enak dan beda dari yang lain tetapi tidak mengurangi manfaat dari khasiat jamu itu sendiri.”

Berkat bisnis jamu kekiniannya yang di beri nama wedang djuminten ini, produk jamu olahan Tuti juga dilirik oleh para anak muda khususnya mahasiswa untuk menjual kembali olahan jamu kekinian ini, selain rasanya yang enak dan harga yang murah. Jamu buatan Tuti juga memiliki khasiat yang bagus untuk kesehatan tubuh. Dalam sehari Tuti bisa memproduksi minimal 150 botol jamu peluntur lemak dan bisa menghabiskan 20 kg jahe merah, jamu ini dijual dengan harga Rp 8.000 perbotolnya. Tidak hanya itu, kini Tuti tidak hanya memproduksi jamu dalam varian cair namun juga dalam kemasan serbuk.

“Saya seneng dengan khasiatnya jadi beda dengan jamu yang lain umumnya pahit, kalau ini seger, anget di badan yang jelas saya kan punya darah tinggi, ya asam urat juga setelah saya mengkonsumsi ini dengan rutin itu bisa normal,” kata Sri Rohayati seorang penggemar jamu. (*)