FOKUS JATENG-BOYOLALI- Puluhan umat Hindu Bali datang ke komplek makam Sri Makurung Handayaningrat di Dusun Malangan, Desa Dukuh, Banyudono dan Candi Watugenuk di Mojosongo untuk menjalani ritual tirtha Yatra
Sekitar pukul 07.00 Wib, Sabtu 26 November ,mereka tiba ke Makam Sri Makurung Handayaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng Pengging Sepuh. Dipimpin Ida Pinandita Nabe Istri, umat Hindu menggelar upacara Tirtha Yatra, atau sebuah proses kunjungan ke tempat suci di daerah yang memiliki hubungan dhamma dengan umat Hindu Bali.
Upacara diawali dengan Mapakeling atau meminta permisi pada penguasa setempat. Kemudian melakukan pemujaan. Tahapan selanjutnya adalah para peserta melakukan pembersihan diri dengan cara menceburkan diri ke kolam yang disucikan. Setelah itu mereka lalu bersembahyang dengan melakukan semedi dan brata. Umat Hindu Bali meyakini bahwa Sri Makurung Handayaningrat masih memiliki hubungan erat dengan umat Hindu Bali secara umum.
“Warga Hindu dari Bali itu, sengaja datang sebagai upaya Tirtha Yatra, atau kunjungan keagamaan ke tempat-tempat leluhur sebagai bakti untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,” kata Kusworo Rahardian, selaku pendamping kegiatan tersebut. Minggu 27 November 2022.
Menurutnya kedatangan umat Hindu Bali ke Boyolali selain ke petilasan Ki Ageng Pengging Sepuh. Mereka juga datang ke komplek Situs Watugenuk Mojosongo untuk melakukan ritual pengluyatan atau penyucian diri.
Komplek Candi Watugenuk sendiri memiliki banyak petilasan dan arca-arca. Diantaranya watu gentong, Nandiswara, Dewi Durga dan lainnya. Umat Hindu Bali menyakini mereka memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Watugenuk.
Kusworo menambahkan mereka juga menyakini wilayah tersebut dibangun nenek moyang mereka yang singgah dalam perjalanan menuju Bali pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Dilokasi tersebut dengan membawa semua kelengkapan upacara termasuk sesaji, para umat hindu melakukan ritual pengambilan air suci dari situs watu gentong.
Menurut Ida Pandita Nabe Istri kedatanganya ke Boyolali diantaranya untuk melaksanakan Tirtha Yatra atau kunjungan dalam melaksanakan dharma.
“Ungkapan rasa Syukur kepada Tuhan, karena ada leluhur yang menyediakan tempat-tempat suci untuk pemujaan, untuk lebih mendekatkan kepada Hyang Maha Kuasa, sekaligus yang memberikan kita energi spiritual.”
Ida Pandita juga mengungkapkan kewajiban generasi muda untuk menjaga dan melestarikan peninggalan para leluhur.
“Untuk menentukan lokasi tempat suci ini, para leluhur melakukan dengan pertimbangan spiritual yang tinggi. Untuk itu kita wajib melestarikannya. ” (*)