FOKUS JATENG-SOLO – Program Studi S2 Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan acara Webinar Series #5 2022 bertema “Keterampilan Argumentasi Ilmiah dalam Pembelajaran Sains”. Webinar dilaksanakan pada Kamis, 29 Desember 2022 secara online dengan menghadirkan narasumber yaitu Dr. Riezky Maya Probosari, M.Si. selaku dosen S1 Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta.
Seminar dipandu oleh pembawa acara Hikmah Fatimah dan dimoderatori oleh Shafina Ade Pratiwi, keduanya merupakan mahasiswa S2 Pendidikan Sains FKIP UNS. Webinar diawali pengantar dari Dr. Mohammad Masykuri, M. Si. selaku dosen S2 Pendidikan Sains FKIP UNS mewakili Dr. Sarwanto, S. Pd., M. Si. selaku Kepala Program Studi S2 Pendidikan Sains FKIP UNS serta dilanjutkan pemaparan materi oleh narasumber dan sesi tanya jawab.
Dalam pengantarnya, Dr. Muhammad Masykuri, M.Si menyampaikan bahwa lulusan kedepan harus memiliki kemampuan ilmiah, bernalar kritis dan kreatif yang diimplementasikan dalam bernalar kritis. Disamping itu, perlu juga pengembangan riset sebagai target khusus melalui argumentasi ilmiah dan yang bisa diberdayakan dalam pembelajaran ilmiah.
“Lulusan kedepan harus memiliki kemampuan ilmiah, bernalar kritis dan kreatif yang diimplementasikan dalam bernalar kritis. Kemudian atas nama program studi S2 Pendidikan Sains menyampaikan terima kasih atas semua dan partisipasinya,” terang Dr. Muhammad Masykuri, M.Si.
Selanjutnya, masuk ke acara webinar Series #5, dimana webinar ini dilatarbelakangi pentingnya kemampuan argumentasi ilmiah dalam pembelajaran sains karena keterampilan argumentasi ilmiah mendukung profil pelajar pancasila yaitu pada aspek bernalar kritis dan kreatif. Selain itu, keterampilan argumentasi ilmiah memiliki potensi dalam pengembangan riset selain hasil belajar.
Butuh Pengembangan Argumentasi
Dalam paparannya, Dr. Riezky Maya Probosari, M.Si. menyampaikan secara gamblang bahwa kemampuan argumentasi perlu dikembangkan karena argumen memegang peranan penting dalam pembelajaran sains di semua tingkatan. Pengetahuan ilmiah tidak hanya mencakup bagaimana suatu fenomena terjadi, tetapi juga bagaimana penjelasannya dan bagaimana implikasinya di masa depan. Argumentasi merupakan: (1) bagian pengetahuan yang seharusnya diajarkan (implikasi ke kurikulum); serta (2) salah satu cara membantu siswa memahami suatu pengetahuan dan bagaimana hal tersebut diajarkan.
“ Argumentasi juga berkaitan erat dengan bagaimana menyakinkan orang lain, umumnya secara formal direprentasikan dalam bentuk oral maupun tulisan,” terang Dr. Riezky Maya Probosari, M.Si.
Dijelaskan, saat ini guru masih mengalami kesulitan dalam membelajarkan argumentasi di kelas. Berbagai kesulitan tersebut antara lain: adanya keterbatasan waktu (35,3%), kendala dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai (28,3%), motivasi untuk berargumen siswa masih rendah (27,2%), kurangnya pengetahuan tentang argumentasi (23,2%), kondisi lingkungan yang tidak mendukung (11,8%), dan sumber daya yang masih kurang (8,6%).
“Jadi sejauh ini guru masih mengalami kesulitan dalam membelajarkan argumentasi di kelas. Berbagai kesulitan,” ujar Dr. Riezky Maya Probosari, M.Si. saat menyampaikan datanya.
Narasumber Dr. Riezky Maya Probosari, M.Si juga menegaskan bahwa bahwa analisis kerangka argumen berbeda antara bidang satu dengan bidang yang lainnya. Kerangka argumen di bidang hukum tentu berbeda dengan bidang pendidikan. Kerangka argumen yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan meliputi kerangka dialektik, yaitu penalaran dilakukan berdasarkan kaidah dengan konteks dialog serta kerangka pragmantik, yaitu argumen dianggap sebagai jenis wacana sehingga penalaran didasarkan pada kriteria-kriteria wacana argumentasi yang masuk akal dari proposisi yang berstatus opini.
Menurut Dr. Riezky Maya Probosari, M. Si. komponen argumentasi yang dipaparkan oleh narasumber merujuk pada Toulmin (2003) yang meliputi klaim, data, warant, backings, qualifier, dan rebuttals serta merujuk pada Mc. Neill dan Krajcik (2011) yang meliputi claim, evidence, reasoning, dan rebuttal.
“Selain itu, kategorisasi level keterampilan argumentasi yang terdiri dari 5 level, contoh argumentasi siswa, serta tahap stimulasi dan pengembangan keterampilan argumentasi di kelas.” (ist)