FOKUS JATENG-BOYOLALI-Selain prasasti, situs Candi Watu Genuk Desa Kragilan Kecamatan Mojosongo Boyolali juga memiliki batu peninggalan lainnya yang membuktikan kejayaan kawasan lereng Merapi-Merbabu di masa lalu. Beberapa peninggalan yang sangat penting itu ditemukan saat ekskavasi tahap ketiga.
Pamong Budaya Ahli Muda, BPCB Jateng, Eri Budiarto mengatakan ekskavasi tahap ketiga ini ingin menampakan sudut-sudut bangunan candi perwara. Mengingat pada ekskavasi sebelumnya, belum semua lapisan tanah dikelupas. Serta bangunan candi belum tampak. Ekskavasi ini juga mencari ketinggian batas tanah permukaan asli pada saat situs ini digunakan. Hal tersebut telah tercapai pada tahap tiga ini.
“Ternyata dari hasil penggalian, ditemukan sebuah batu yang bertuliskan ada enkripsinya dan biasa disebut prasasti. Tulisannya belum bisa kita baca. Nanti akan kita bawa ke Kantor BPCB untuk dilakukan kajian isi dari prasasti itu apa. Karena prasasti itu sangat jarang di sebuah bangunan candi, ada temuan prasastinya. Tapi di Situs Watugenuk ini, Alhamdulillah ada prasasti yang semoga bisa mengungkap latar belakang dari situs ini,” katanya. Kamis 12 Januari 2023.
Batu prasasti tersebut merupakan salah satu tubuh bangunan candi perwara. Sehingga jika dilakukan rekonstruksi akan dikembalikan sesuai aslinya. Eri menambahkan, prasasti ini bertuliskan huruf Jawa Kuno. Sedangkan bahasa yang digunakan kemungkinan Sansekerta. Selain itu, temuan lain adalah batu menara kemuncak atap sudut, kemuncak dan makara pipi tangga. Batuan yang ditemukan tersebut merupakan bagian dari bangunan candi.
“Baik bagian kaki, tubuh maupun atap candi,” katanya,
Dia menambahkan, batuan yang ditemukan yang dinilai rawan hilang dititipkan ke warga setempat. Sedangkan untuk batu prasasti langsung dibawa ke BPCB guna penelitian lebih lanjut. Utamanya untuk mengungkap arti tulisan dalam prasasti.
Diungkapkan, dari ekskavasi tahap ketiga juga berhasil ditemukan kedalaman candi. Dimana situs Candi Watugenuk terpendam dalam tanah dengan kedalaman sekitar 1 meter. Ada satu candi induk dengan pintu masuk dari arah barat. Juga ada tiga candi perwara yang berukuran lebih kecil.
“Hanya untuk ukuran candi, ada dalam buku catatan, saya tidak hapal. Temuan lain adalah, bangunan candi dikelilingi pagar batu,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, prasasti di situs Candi Watugenuk, tersebut selanjutnya dibawa ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng guna kajian lebih lanjut. Prasasti tersebut ditemukan tim Boyolali Heritage Society (BHS). Prasasti memiliki ukuran panjang 60 cm, lebar 33 cm dan ketebalan bervariasi antara 14- 18 cm. Diperkirakan tulisan menggunakan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Diharapkan, nantinya tulisan bisa mengungkap keberadaan candi peninggalan abad 8 – 9 Masehi itu.
Eri Budiarto juga menyatakan bahwa Candi Watugenuk potensial untuk dipugar. Hanya saja, sebelumnya harus ada kajian lebih lanjut. Jika hasilnya ada rekomendasi untuk dipugar atau direstorasi. Maka bisa dilanjutkan dengan studi teknis arkeologis.
Terkait ini, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa Kragilan. Utamanya untuk meminta warga yang mungkin menyimpan batu dari situs agar dikembalikan. Bisa saja batu itu digunakan untuk pembatas sawah atau pekarangan atau untuk pagar.
”Batu- batu tersebut sangat penting jika nantinya candi ini dipugar. Batu candi bisa dikembalikan ke tempat semula,” ujarnya. (*)