Memetri Dusun : Ungkapan Syukur Warga Sidotopo Cepogo

Memetri Dusun : Di bawah guyuran hujan, masyarakat tetap antusias. Guyup rukun, warga menikmati gelaran kembul bujono atau makan bersama. (yull/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Di dua dusun di Desa Cabeankunti, Cepogo terdapat tradisi budaya memetri dusun yang sudah turun temurun dilakukan. Tradisi Dusun Sidotopo dan Sidosari ini digelar dikawasan pertapaan Nongko Prodo.
Acara ini dilangsungkan setiap satu tahun, yang menarik harus digelar pada hari Jumat Pon, dengan diawali penampilan tari Bagus Lembu sanggar Nongko Prodo. Dilanjutkan dengan kirab pusaka, berupa tombak dan keris. Dilanjutkan dengan kirab tiga gunungan. Ada gunungan nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk. Lalu gunungan palawija seperti ketela rebus, jagung, sukun, dan lainnya. Serta gunungan makanan tradional seperti jajanan pasar, brondong dan sejumlah jajanan tradisional lainnya. Gunungan pangan lalu ditata di tengah. Disusul dengan tumpeng-tumpeng kecil dari warga sekitar yang ditata melingkar disekitar gunungan. Kemudian dilakukan doa yang dipimpin tokoh setempat. Warga langsung berebut gunungan. Dilanjutkan dengan kembul bujana (makan bersama).
Sesepuh Dusun Sidotopo dan Sidosari, Desa Cabeankunti, Cepogo, Slamet Seno, memerti dusun alias memelihara tradisi dusun merupakan agenda tahunan. Kegiatan ini merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dilestarikan, sekaligus wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil pertanian. Serta mendoakan leluhur yang menjadi cikal bakal dusun setempat.
” Iya dalam rangka memetri dusun ini tiap tahun pada Jumat Pon, kadang dirayakan meriah seperti ini kadang hanya kenduri tumpeng sesuai keinginan masyarakat. Biasanya juga ada hiburan dari kesenian desa sendiri. Ini merupakan wujud syukur pada Tuhan. Kami tunjukan dalam bentuk gununan hasil pepanenan dan palawija. Juga untuk ngunggahke leluhur kami,” jelasnya disela acara pada Jumat 27 Januari 2023.
Sejak Kamis 26 Januari malam, lanjut Slamet, warga sudah menggelar mujadahan, doa bersama dantirakatan. Sedangkan uborampe alias kelengkapan tradisi memerti dusun juga disiapkan. Seperti tumpeng rosul, palawija, tukon pasar. Lalu harus ada ambeng mas, yakni berupa tumpeng nasi di bawahnya telur dadar dan diatasnya juga telur dadar.
Sekretaris Desa Cabeankunti, Cepogo, Sulistyo, mengatakan kegiatan memerti dusun ini sekaligus bentuk syukur masyarakat. Diwujudkan dalam sedekah tumpeng dan kembul bejana.
“Kegiatan ini murni swadaya masyarakat sendiri. Lalu perumah masih buat lagi satu tumpeng lengkap dengan lauk-pauknya,” jelasnya.
Turut hadir dalam acara tersebut jajaran Muspika Cepogo serta sejumlah anggota Fraksi PDIP DPRD Boyolali antara lain Dwiadi A Nugroho, Joko Maryanto, Ani Hartanti.
“Ini merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi dan budaya bangsa. Memetri dusun, atau sedekah bumi pada hakikatnya merupakan sebuah kegiatan yang menjadi simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan, ” kata Joko Maryanto.
Dalam kesempatan itu Joko mengajak masyarakat Desa Sidotopo untuk menangkap peluang, terus kreatif, berinovasi, menggali dan mengembangkan potensi yang ada di desa.
Sementara kendati diguyur hujan, kekhidmatan memerti dusun tak luntur. Selanjutnya, penampilan tari kesenian akan ditampilkan. Seperti reog dan tari Campur Bawur. Pada sore hari, pusaka dan pemain tari Campur Bawur akan dikirab keliling dusun. (**)