FOKUS JATENG-BOYOLALI-Harga berbagai jenis beras di sentra penjualan beras yang ada di sekitar Pasar tradisional di Boyolali mengalami kenaikan. Dampak cuaca buruk yang melanda daerah sentra penghasil beras mulai berdampak pada kenaikan harga beras di pasaran. Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi Indonesia (Perpadi) Jateng mendesak Pemerintah segera keluarkan stok Bulog untuk operasi pasar.
“Iya harga beras diatas HET. Makanya, kemarin saya perintahkan agar segera berkoordinasi dengan Bulog. Minggu depan Bulog saya undang untuk menangani harga beras itu,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Boyolali, Joko Suhartono. Rabu 8 Pebruari 2023.
Saat ini, kata Joko Suhartono, harga beras dengan kualitas medium mulai naik. Bahkan diatas HET yang ditetapkan pemerintah, Rp 9.450/kilogram. Saat ini harga beras mencapai Rp 10.000 – Rp 11.000/kilogram. Naik hingga Rp 1500/kilogramnya.
Kenaikan harga beras dipicu akibat cuaca buruk sehingga petani tidak bisa panen serentak. Sedangkan panen raya diprediksi masih beberapa bulan ke depan. Meski di Boyolali stok beras masih aman. Hanya saja stok beras memang berkurang. Sehingga beras dengan kualitas medium mengalami kenaikan harga. Daerah juga telah meminta agar Bulog segera mengeluarkan stok beras.
” katanya kita juga mendapat distribusi beras. Nanti akan kami sebar ke seluruh kecamatan. Makanya kita akan komunikasi lagi dengan Bulog,” tegasnya.
Sementara, Ketua DPD Pepadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono, menyebut faktor utama tingginya harga beras karena belum ada panen merata. Selama ini panen padi masih sporadis. Kemudian stok yang ada di penggilingan dan pengusaha kosong. Karena panen raya diprediksi pada awal Maret dan puncaknya April.
“Saat ini, kalau kondisi pangan sudah seperti ini (Harga beras tinggi,red), seharusnya pemerintah, cadangan beras yang ada di Bulog (Dikeluarkan) untuk operasi pasar. Yang penting digelontorkan sebanyak-banyaknya,” katanya.
Tulus menilai, jika stok pasar terpenuhi, maka masyarakat tenang. Saat ini kenaikan tidak hanya pada beras, namun juga gabah kering. Gabah kering panen dari petani seharga Rp 5.700 – Rp 5.800 /kilogram.
Sedangkan harga gabah dari panenan mesin combi mencapai Rp 5.900 – Rp 6.000/kilogram.
“Ada kenaikan harga gabah senilai Rp 500 – Rp 1000/kilogram. Di Boyolali sendiri, panenan juga menurun. Karena banyak serangan hama penyakit. Paling banter hanya paling banter 50 persen saja. Karena ada serangan hama itu. Belum lagi cuaca juga pengaruh. Ini kan masih hujan terus, jadi hasil dari rendemen juga tidak baik atau turun,” ungkapnya.
Salah satu pedagang beras di Pasar Boyolali Kota, Heni, mengatakan kenaikan beras cukup tinggi. Beras kualitas medium harga beras yang awalnya Rp 9.000/kilogram tembus Rp 13.000/kilogram. Sedangkan beras premium dari Rp 13.000/kilogram menjadi Rp 16.000/kilogram.
“Memang susah, katanya terkena hama terus panenan sudah rusak. Sehingga sangat berpengaruh pada penjualan. Yang biasanya beli satu sak beras, menjadi lima kilogram. Pembeli yang biasanya beli lima kilogram sekarang pada belinya eceran satu kilogram,” katanya.
Seorang warga di kawasan Boyolali Kota bernama Suratri mengaku sempat membeli beras C4 sebanyak 5/kilogram. Menurutnya, harga beras tersebut naik Rp 15.000.
“Biasanya C4 Rp 58.000, sekarang Rp 73.000,” katanya.
Pedagang dan pembeli itu berharap pemerintah segera menstabilkan harga karena beras merupakan bahan makanan pokok warga. (**)
Harga Beras Naik Lagi, Pepadi Desak Pemerintah Gelar Operasi Pasar

Ketua DPD Pepadi Jawa Tengah, Tulus Budiyono : jika stok pasar terpenuhi, maka masyarakat tenang (doc/Fokusjateng.com)