FOKUS JATENG-BOYOLALI-Para siswa di sejumlah sekolah tingkat SD Negeri 2 di Desa Tlogolele, Selo, melakukan kerja bakti membersihkan abu vulkanik yang menyelimuti kawasan sekolahnya akibat erupsi Gunung Merapi. Sisa abu erupsi menumpuk di halaman dan jalan sekitar sekolah sehingga mengganggu proses belajar dan mengajar siswa.
“Abu dan debunya ada di lapangan, halaman depan, dan di area belakang sekolah. Namun, secara keseluruhan hampir merata terkena debu,” ujar salah satu Guru kelas 6 SDN 2 Tlogolele, Desa Tlogolele, Selo, Rajiv Nasar Sidiq kepada wartawan.
Menurut dia, kegiatan belajar mengajar (KBM) beberapa jenjang kelas disejumlah sekolah terdampak masih berjalan. Sedangkan, khusus kelas bawah, yakni, 1 dan 2 SD dirumahkan.
Pihak sekolah terpaksa menghentikan proses belajar dan mengajar sebagian siswa pada jam pertama untuk kegiatan kerja bakti. Hal itu karena halaman dan lokasi lainnya di sekolah dipenuhi abu vulkanik dengan ketinggian mencapai hingga satu sentimeter. Jika tidak dibersihkan, lanjut Nasar, maka abu vulkanik tersebut akan tertiup angin dan membuat polusi di udara. Hal tersebut justru dapat mengganggu kesehatan para siswa dan guru.
“KBM tetap berjalan, meski ada abu vulkanik Merapi karena beberapa kali erupsi. Jadi tetap diadakan KBM. Karena kelas 6 sedang ada try out kabupaten, jadi tetap diadakan pembelajaran,” ungkapnya.
Sedangkan ditanya terkait aktivitas sekolah nantinya, Rajiv mengaku menunggu arahan Disdikbud Boyolali. Kondisi Gunung Merapi dinilai masih aman. Tetapi warga dan sekolab tetap harus waspada dan siaga. Menilik abu vulkanik dari APG mengarah ke barat. Sehingga potensi hujan abu masih ada.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Boyolali, Darmanto mengatakan ada sebanyak 6 SD dan 1 SMP yang terdampak abu vulkanik Merapi, dengan jumlah siswa mencapai 672 anak. Yakni, SDN 1 Tlogolele dengan jumlah siswa 88 anak, SDN 2 Tlogolele ada 127 anak, SDN 2 Jrakah dengan 129 anak, SDN 3 Jrakah 97 anak, SDN 1 Klakah 135 anak dan SDN 2 Klakah dengan 96 anak.
“Dinas mengambil kebijakan agar pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka seperti biasa. Karena pembelajaran daring dinilai tidak bisa maksimal. Dimana Kepala Sekolah, guru dan anak-anak wajib pakai masker selama pembelajaran,” pungkasnya. (*)