FOKUS JATENG-BOYOLALI – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan investigasi kecelakaan beruntun yang merenggut 8 nyawa di Tol Boyolali. Serangkaian penelitian dimulai dengan memeriksa secara menyeluruh kendaraan yang terlibat kecelakaan di KM 487 A Tol Semarang-Solo. Kemudian tim KNKT juga memeriksa jalan tol, baik di lokasi tragedi maupun ruas tol Semarang-Solo, dari Salatiga sampai juntion (Simpan susun) Kartasura.
Ketua Sub Komite investigasi Kecelakaan lalu lintas angkutan jalan, KNKT, Ahmad Wildan memperoleh sejumlah fakta yang cukup mencengangkan.
“Detail kondisi kendaraan. Tim menemukan jarum pada takometer atau RPM atau pengukur putaran mesin bergerak dari zona hijau ke zona putih. Dimana dalam takometer ini ada 3 zona, hijau, putih dan merah. Artinya Zona hijau itu power maksimal, putih itu torsi maksimal, dan zona merah itu bahaya,” ungkap Wildan.
Dijelaskan, kendaraan yang menghantam minibus dan truk besar parkir ini menggunakan Hino PS 320 dengan menggunakan 8 gigi percepatan.
“Sehingga dapat kami pastikan, si pengemudi ini menggunakan gigi (tinggi) antara 5 sampai 8, sedangkan (gigi) ratio-nya juga digigi tinggi antara gigi 7 dan 8,” jelasnya. Selasa 18 April 2023.
Hanya saja, pihaknya belum mendapatkan data pasti soal gigi yang digunakan itu. Sebab, masih menunggu pihak Hino yang sudah membongkar sistem transmisi kendaraan tersebut, lanjut Wildan, fakta transmisi yang digunakan itu sangat penting untuk mengetahui tingkat resiko kendaraan bermuatan 50 ton tersebut.
” Berarti kalau dengan kendaraannya, dengan traktor Head dan trailernya ya sekitar 70 ton,”imbuhnya.
Kendaraan dengan berat 70 ton yang meluncur di jalan tol dari Salatiga dengan perbedaan tinggi mencapai 480 meter, maka daya dorongnya menjadi lebih besar. Hal itu jelas , sistem pengereman yang dilakukan terus berulang-ulang bakal berdampak pada panasnya kampasnya atau anginnya tekor yang menyebabkan rem blong
” Tapi ini masih kita kaji lebih dalam bersama polisi. Karena si pengemudinya saat ini masih koma sehingga nanti kalau sudah sembuh akan kita tanya, bisa mindahin koplingnya tidak. Kalau tidak bisa berarti ya (penyebab rem blong) anginnya tekor,” katanya.
Terkait kondisi ruas jalan tol Semarang-Solo, Wildan menyebut ada perbedaan ketinggian yang cukup signifikan antara interchange (IC) simpang susun Exit Salatiga dan Junction (JC) exit Kartasura, yakni terdapat perbedaan tinggi 487 meter. Kedua titik itu juga terpaut jarak 27 kilometer, sehingga kondisi jalan itulah yang perlu diwaspadai.
” Ini panjang landai kritis terus, kemudian akan menciptakan semacam energi potensial atau gaya dorong,” jelas Wildan.
Kendaraan berat tentunya akan memperoleh daya dorong lebih besar. Karena, rumus energi potensial itu masa kali gaya gravitasi kali tinggi. Wildan menegaskan, ketika beda tinggi yang signifikan kemudian truknya berat maka dia akan memperoleh gaya dorong gravitasi paling besar dibandingkan kendaraan yang kecil. Kondisi itu memicu pengemudi kendaraan besar nan berat melakukan pengereman secara terus menerus di dari tol Salatiga hingga JC Kartasura.
“Inilah yang menjadikan cikal bakal rem blong,”jelasnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong Satlantas Polres Boyolali untuk mengusulkan pembuatan jalur penyelamat.
” Kalau saran saya antara jalan itu dipasangi 3 atau 4 jalur penyelamat. Jadi sebanyak mungkin kita pasang itu lebih baik. Itu namanya for giving road, jalan yang memaafkan.” (**)