FOKUS JATENG-BOYOLALI- Muh Nur Wahid (22) mengaku sangat bersyukur setelah berhasil tiba di Jakarta, Indonesia.
Mahasiswa asal Dukuh Jetak Rt 13 Rw III, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali ini menempuh pendidikan di Internasional University of Africa (IUA) di Khartoum, ibukota Sudan turut merasakan masa-masa mencekam saat perang saudara Sudan pecah lagi pada 15 April 2023 lalu.
Putra pasangan Sutana dan Musriatun ini mengaku sangat panik dan ketakutan yang tak terelakan. Dia mendengar suara tembakan beruntun pertama kali pada tanggal 15 April pagi hari. Dia dan temannya pun bergegas mencari informasi, termasuk berita di TV.
Mereka juga mengontak petugas KBRI setempat untuk mendapatkan informasi.
“Asal tembakan sangat dekat dengan tempat kos, hanya sekitar 500 meter. Jadi ya dekat kampus juga, ternyata terjadi perang saudara,” katanya saat ditemui di rumahnya, Rabu 3 Mei 2023.
Selanjutnya pada hari kedua lebaran dia dan WNI lain dikumpulkan oleh petugas KBRI di sebuah gedung di depan tempat kosnya. Total ada 1.200 WNI yang dikumpulkan lalu diangkut bus menuju pelabuhan Port Sudan. Dari sana naik kapal menyeberangi Laut Merah ke Arab Saudi.
“Di Arab Saudi dua hari, lalu dipulangkan ke Jakarta naik pesawat.”
Sesampai di Jakarta lalu diinapkan sehari di Asrama Haji Pondok Gede untuk cek kesehatan dan pemeriksaan administrasi. Setelah itu mau dipulangkan ke daerah asal dengan bantuan Pemda setempat.
“Namun masih butuh proses, akhirnya saya pulang sendiri, sampai di rumah Minggu 30 April, ” kata Nur Wahid.
Kini, mahasiswa Jurusan Sirah dan Dakwah, Fakultas Dirosat Islamiyah di IUA ini terus aktif melakukan kontak dengan pihak universitas guna mendapatkan informasi terkini. Ia juga berharap perang segera berakhir agar segera dapat melanjutkan kuliah, termasuk kemungkinan secara online.
“Kami masih terus saling kontak dengan teman- teman, petugas KBRI di Sudan serta pihak universitas. Namun harapan kami hanya satu, perang segera berakhir agar kami secepatnya bisa melanjutkan kuliah.”
Mahasiswa semester VII ini tak menyangka bahwa kuliahnya di Sudan terpaksa terpenggal sementara karena dampak perang saudara. Padahal, dia sudah nyaman kuliah melalui beasiswa penuh universitas setempat.
“Biaya kuliah sepenuhnya gratis termasuk makan dan minum di asrama pun gratis. Namun paska Covid-19 beberapa bulan lalu, saya pindah kos di luar asrama bersama tujuh teman. Meski biaya kos dan makan harus bayar sendiri.”
Senada, Sutana ayah Muh Nur Wahid juga berharap perang saudara di Sudan dapat segera berakhir. “Selaku orang tua, tentu kami juga memiliki keinginan yang sama. Perang bisa segera berakhir. Agar masyarakat Sudan dapat beraktifitas seperti biasa dan tentu anak saya dan teman lainnya bisa melanjutkan kuliah kembali.” (**)