Pentingnya Masyarakat Bergotong royong Dalam Pengawasan Pemilu 2024

 

Oleh: Moh. Syamsul Arifin, MP.d

Staf Panwascam Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta

Bulan depan kita semua akan memasuki Bulan Juni. Berdasarkan Keppres Nomor 24 Tahun 2016, tanggal 1 Juni merupakan hari penting dalam kalender bangsa Indonesia. Pasalnya, di tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momentum sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia kala itu.

Hal ini mengingatkan kita semua pada Pidato Soekarno, tanggal 1 Juni 1945 yang disampaikan di Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai di Jakarta: “Gotong Royong adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari ‘kekeluargaan’, Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe.  Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama!  Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat  semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!”

Dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di hadapan peserta Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Ir. Soekarno menyatakan gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong! Prinsip Gotong Royong di antara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.

Menurut Ir. Soekarno inti sari dari Pancasila adalah gotong royong. Hal itu disampaikannya dalam Sidang BPUPKI  setelah mengemukakan lima dasar atau limas azas yang diharapkan menjadi pondasi berdirinya Negara Indonesia, Ir. Soekarno tidak lantas menyelesaikan jawaban dari pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh pimpinan sidang. Selanjutnya Ir. Soekarno berujar di hadapan peserta sidang, “Bilangan lima itu, saya boleh peras sehingga tinggal 3 saja: sosio-nationalisme, sosio-demokratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini.

Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan senang kepada Trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu? Gotong Royong,”

Dalam sejarah singkat kelahiran Pancasila, ada kaitannya dengan berkecamuknya perang dunia kedua pada medio 40-an. Saat itu, Belanda yang sudah sekian tahun bercokol di Indonesia dipaksa angkat kaki. Jepang yang sebelumnya telah menduduki negara-negara Asia lain akhirnya sampai juga di Indonesia.

Setelah diusirnya Belanda, Jepang mulai membuat berbagai kebijakan yang salah satu tujuannya adalah supaya mereka dapat memenangkan perang melawan pihak sekutu. Terlebih lagi mereka telah memulai peperangan dengan Amerika Serikat yang artinya mereka sedang berhadapan dengan lawan tangguh. Karenanya, Jepang membutuhkan berbagai cara dan upaya.

Perjuangan yang dilakukan Jepang akhirnya berujung pada kekalahan. Di tengah situasi yang semakin genting dan tidak menentu. Jepang mulai berusaha mengelabuhi Indonesia dengan menjanjikan sebuah kemerdekaan. Sebagai langkah konkret dari janji tersebut, maka kemudian dibentuklah Dokuritsu Junbi Cosakai atau juga dikenal sebagai Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan inilah yang berperan penting dalam sejarah singkat hari lahir Pancasila.

BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk menyelidiki hal-hal penting yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia sekaligus menyiapkan rencana kemerdekaan juga. Dalam menjalankan perannya, BPUPKI menggelar rapat atau sidang sebanyak beberapa kali (2 kali sidang besar tepatnya).

Pada tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI menggelar sidang pertamanya, yang membahas perihal dasar negara Indonesia. Lalu dalam sidang kedua  BPUPKI, dalam persidangan itulah, Pancasila pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno, pidatonya yang bertajuk ‘Lahirnya Pancasila’ berkesempatan menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia tepatnya pada 1 Juni 1945. Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamai ‘Pancasila’. Panca artinya lima, sedangkan sila sendiri artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama ‘Kebangsaan’, sila kedua ‘Internasionalisme atau Perikemanusiaan’, sila ketiga ‘Demokrasi’, sila keempat ‘Keadilan sosial’, dan sila kelima ‘Ketuhanan yang Maha Esa’. antara beberapa pihak. Perbedaan pendapat tidak hanya dalam hal dasar negara melainkan juga dalam hal bentuk negara dan hal-hal krusial lainnya.

Pidato tersebut pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan ‘Lahirnya Pancasila’ oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.

Karena terdapat perbedaan pandangan dan dikarenakan pembahasan dalam sidang belum usai, diputuskanlah membentuk sebuah komite untuk menyelesaikan perselisihan yang ada dalam sidang demi menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang-Undang Dasar yang berlandaskan kelima asas tersebut, maka Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk sebuah komite yang disebut sebagai panitia Sembilan. Berisi Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.

Sehingga akhirnya kesembilan tokoh inilah menyelesaikan pembahasan mengenai dasar-dasar negara termasuk juga Pancasila yang mana menjadi bagian penting dari sejarah singkat hari lahir Pancasila. Pembahasan dasar negara ini selesai pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang berbunyi seperti berikut:

  1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Barulah Pancasila akhirnya benar-benar disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh PPKI. Pancasila yang disahkan pada hari tersebutlah yang isinya kita kenal sekarang yaitu dengan direvisinya sila pertama menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ oleh sebab satu dan lain hal.

Pancasila memiliki sejarah yang luar biasa. Indonesia sebagai negara merdeka, perlu memiliki dasar yang kuat, identik dan sejalan dengan prinsip masyarakatnya. Nilai-nilai luhur Pancasila yang termaktub dalam kelima sila Pancasila, memiliki kekuatan luar biasa untuk diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk pada penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu).  Melalui Pancasila itulah, mereka berkeinginan untuk menyatukan berbagai golongan yang ada di bangsa kita, dengan menempatkan Pancasila di atas semua golongan.

Pada tahun 2024 nanti, sudah pasti akan jadi tahun politik besar-besaran di Indonesia, yaitu pemilihan umum (Pemilu) presiden dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak. Berbagai macam masalah mesti ada. Namun jangan khawatir. Selama, masyarakat Indonesia Gotong Royong bersinergi dalam menyukseskan Pemilu, maka dengan mudah Pemilu bisa terlaksana dengan baik seperti yang kita harapkan bersama. Karena di negeri Pancasila ini, Gotong Royong adalah salah satu ciri khas yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara garis besar, gotong royong tertuang pada Pancasila dalam sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Gotong royong telah mendarah daging dan bahkan menjadi kepribadian bangsa, serta sebagai budaya yang sudah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang hampir semua daerah di Indonesia menanamkan nilai gotong royong.

Senada dengan Anggota Bawaslu RI, Totok Hariyono, beliau mengatakan bahwa gotong royong perlu ditanamkan dalam Pemilu 2024. Menurutnya konsep gotong royong dapat diwujudkan dalam pengawasan partisipatif, “Artinya, menggerakan seluruh lapisan masyarakat pada untuk bergotong royong dalam melakukan pengawasan Pemilu,” katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Identifikasi Strategi Kebijakan Pengawasan Tahapan Penetapan Jumlah Kursi dan Penetapan Daerah Pemilihan di Bali, Selasa (6/12/2022) malam.

Harapan Totok dengan pengawasan gotong royong tahapan Pemilu dapat menciptakan rasa aman, nyaman, dan hasilnya menjadi pemerintahan yang sah. Sehingga, lanjut dia, dapat menghasilkan pemimpin yang amanah dan menjadikan Indonesia lebih baik.

Gotong royong ini, ujar Totok mendahulukan pencegahan dibandingkan penindakan. Selain itu, konsep gotong royong ini melihat peserta Pemilu bukan sebagai objek melainkan subjek. “Peserta Pemilu adalah saudara kita yang sedang berkompetisi, bukan obyek yang selalu dicari kesalahannya,” sebutnya.

Dia berharap dengan adanya konsep pengawasan gotong royong dapat meminimalkan pelanggaran yang akan terjadi. “Keberhasilan Bawaslu bukan karena berhasil menyelesaikan sengketa terbanyak, menyelesaikan pelanggaran administrasi terbanyak, melakukan putusan tindak pidana terbanyak. Melainkan, karena Bawaslu dapat meminimalkan pelanggaran, serta Pemilu berjalan dengan benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangaan,” tuturnya. (*)