Waspada Kekeringan, BPBD Boyolali Bersiap Dropping Air Bersih

Dalam hal dropping air bersih, BPBD Boyolali juga berperan sebagai koordinator. Biasanya, instansi lain seperti PMI, kepolisian serta pihak swasta juga aktif dalam penyaluran bantuan air bersih (doc.ist/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Masuki musim kemarau, puluhan desa di enam kecamatan, yakni kecamatan berpotensi mengalami kekeringan, yakni Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, Wonosamudro, Kemusu di wilayah Boyolali utara. Serta dua kecamatan di lereng Merapi, Yakni Kecamatan Musuk dan Tamansari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali menyiapkan Rp 15 juta untuk dropping air bersih. Namun, sampai saat ini belum ada permintaan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Suparman, menjelaskan, diprediksi, musim kemarau kali ini bersifat kemarau basah dan berlangsung antara Juli hingga September nanti, dengan perkiraan puncak kemarau sekitar akhir Agustus. Untuk itu, mengatakan pihaknya telah menyiapkan penanganan kekeringan. Nantinya, SK Darurat Kekeringan akan menunggu dari SK Bupati. Pihaknya telah melakukan pemetaan daerah-daerah darurat kekeringan. Meski perkiraan kekeringan mulai April kemarin.
“Tapi kenyataanya di lapangan kan April masih hujan dan bencana dibeberapa lokasi masih terjadi. Sehingga belum kami buatkan SK darurat kekeringan. Namun, kami telah melakukan pemetaan,” katanya. Senin 22 Mei 2023.
Disebutkan, sekitar empat puluhan desa di enam kecamatan yang selalu terdampak saat musim kemarau. Biasanya, desa-desa yang mengalami kekeringan akan mengajukan permohonan bantuan. Tapi sampai saat ini belum ada. Begitu permohonan masuk, maka petigas akan melakukan asesmen. Guna mengetahui berapa banyak kepala keluarga (KK) yang membutuhkan air bersih.
“Enam kecamatan yang rutin terdampak akan kita koordinasikan segera untuk penanganan, misalnya dropping air bersih. Jadi kalau ada permintaan sebelum ada SK kamitetap siap. Meskipun di luar kecamatan tadi. Karena kita tetap asesmen kan. Alokasi anggaran Rp 15 juta. Nanti juga ada bantuan-bantuan CSR,” kata dia.
Selain itu, dalam hal dropping air bersih, pihaknya juga berperan sebagai koordinator. Biasanya, instansi lain seperti PMI, kepolisian serta pihak swasta juga aktif dalam penyaluran bantuan air bersih.
Adapun desa yang rawan kekeringan, diantaranya Desa Kedungrejo karena belum sumber mata air yang memadai untuk kebutuhan warga. Sudah pernah diusulkan pembuatan embung, namun terkendala penyediaan lahan. Desa Kendel dan Desa Kedungmulyo juga termasuk wilayah yang sangat rawan kekeringan. Dikarenakan tidak ada sumber air baku. Jika ada-pun, sumber tidak mencukupi untuk masyarakat. Sehingga mayoritas memang kekurangan air. Di sisi lain, kondisi geografis Boyolali utara didominasi batuan kapur. Sehingga warga mengandalkan bantuan air baik dari Pemkab Boyolali maupun bantuan swasta. Bagi yang mampu, bisa membeli air bersih sendiri,
“Untuk wilayah Selo, sudah tertangani. Sehingga sudah tidak masuk darurat kekeringan, karena sudah ada sumber air bersih.” (jj)