Begitu Semangatnya Pemuda Padukuhan Menjaga Batu Tulis Wonosegoro

Buku kecil diserahkan oleh perwakilan Karang Taruna Dukuh Wonosegoro kepada Pemkab Boyolali melalui Pemdes Cepogo (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Di timur lereng Gunung Merbabu, gelar budaya Wonosegoro memperingati 1.122 tahun Prasasti Sarungga (Batu Tulis Wonosegoro) di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Kamis 25 Mei 2023, diwarnai kirab budaya dan hasil bumi serta pentas aneka seni tradisi.

Seribuan lebih warga dari Desa Cepogo dan sekitarnya rela berpanas- panas mengikuti jalannya perayaan tersebut.

Pada kesempatan itu juga di luncurkan hasil tulisan karang taruna Madewa cerita tentang Dukuh Wonosegora dalam buku berjudul Mengenal Dukuh Wonosegoro Desa Cepogo Boyolali. Jejak Karesian Lereng Timur Gunung Damalung.

Menurut Ketua Karang Taruna Madewa, Misdiyanto, acara tersebut digelar sebagai upaya menjaga agar sejarah dan jejak kebesaran peradaban di dukuhnya tidak hilang dan bisa tetap lestari. Apalagi, prasasti Sarungga menjadi bukti tingginya peradaban di kawasan sisi timur Gunung Merbabu, termasuk wilayah Dukuh Wonosegoro.

“Acara itu kami gelar secara mandiri, melalui gerakan bersama masyarakat Wonosegoro. Acara sekaligus diisi dengan peluncuran Buku tentang Dukuh Wonosegoro,” katanya disela acara.

Pihaknya berharap acara ini bisa dipertahankan dan berkelanjutan dalam rangka mendukung Pariwisata Desa Cepogo dari sisi wisata Budaya. Krn kekayaan jejak sejarah di wonosegoro.

Hanya saja, lanjutnya, acara dalam upaya melestarikan budaya, cagar budaya dan senibudaya berbasis masyarkat ini belum bisa mendapatkan perhatian dari instansi terkait. “Mudah mudahan buku mungil yang di rilis ini bisa ditindaklanjuti oleh instansi terkait dalam hal penerbitan.”

Kendati demikian, mereka mengaku tetap bersemangat atas keberlanjutan acara ini warga dan memberikan manfaat bagi warga

Terkait batu tulis, ia menjelaskan Prasasti Sarungga ini berupa batu monolit ditemukan di ladang warga di Dukuh Wonosegoro. Batu tersebut bertuliskan menggunakan aksara Jawa Kuno yang secara alih bahasa adalah “Selamat tahun Saka yang telah lalu 823 pada bulan Jyesta tanggal 5 bagian bulan terang. Haryang Chari bersiklus 6), Wagai Chari bersiklus Lima), Soma Chari bersiklus tujuh atau Senin), pada saat ini (terdapat) pertapaan di Šar?nga (yang) hendaklah dinamai …”

Berdasarkan penelitan tersebut juga telah dilakukan konversi penanggalan dari Saka ke Masehi dimana bisa dibaca bahwa penanggalan di prasasti tersebut setelah dikonversi dengan tahun Masehi menjadi Tanggal 25 Bulan Mei Tahun 901 jika ditarik ke tahun sekarang sudah 1.122 tahun.

“Jadi hal ini menunjukan bahwa sudah adanya peradaban yang tinggi di Lereng timur Merapi Merbabu yang sudah mempunyai budaya tulis.”

Selain tinggalan arkeologi, Dukuh Wonosegoro juga menyimpan kekayaan alam, kesenian dan tradisi yang masih terjaga secara turun temurun. Hal ini menunjukan potensi Wonosegoro yang perlu digali dan dikembangkan. (**)