Turunkan AKI dan AKB, Boyolali Canangkan Gerakan Merbabu

Gerakan berbasis program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak akan diperluas ke 150 desa dan diperluas lagi sampai 267 desa/kelurahan dengan melibatkan stake holder hingga ditingkat bawah. (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pemkab Boyolali terus berupaya menekan Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Diantaranya dengan mencanangkan gerakan merawat bayi dan ibu (Merbabu).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Puji Astuti, langkah tersebut perlu dilakukan, mengingat, angka ibu bersalin memang cukup tinggi. Pada 2022 angka ibu bersalin mencapai 12.956 orang. Lalu pada awal 2023 sampai Mei sudah ada 4.392 ibu bersalin. Namun, selama kurun Januari-April, tercatat sudah ada 37 kasus kematian bayi dan empat kematian ibu. Adapun penyebab kematian ibu tertinggi dikarenakan pre-eklamsi, perdarahan, penyakit jantung, emboli, dan lainnya. Sedangkan kematian bayi disebabkan karena berat badan lahir rendah (BBLR) asfiksia, pneumonia, dan lainnya.
“Pada 2020 ada 15 kasus AKI dan 109 AKB. Lalu naik pada 2021 dengan 41 kasus AKI dan 102 AKB. Kemudian, 2022 berhasil ditekan dengan 20 kasus AKI dan 102 AKB. Selama ini, masa kematian ibu terjadi paling banyak pada saat masa nifas. Sebenarnya, Boyolali sudah tidak masuk 10 AKI se-Provinsi Jateng. Kita berhasil menekan dan turun ke posisi 19,” katanya, Selasa 6 Juni 2023.
Pihaknya mengaku telah mengupayakan berbagai program untuk menekan AKI dan AKB. Mulai dari peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Hingga penguatan tata kelola dengan penguatan upaya promotif dan preventif di tiap puskesmas.
Adapun program gerakan Merbabu, menurut Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Boyolali, Insan Adi Asmono merupakan program kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (Kbbla), dimana telah di terapkan di dua desa dan berhasil. Dua desa tersebut melahirkan kelas ibu hamil, pendampingan, sosialisasi dan tanggap melahirkan di desa. Kemudian ada visitasi dari grup kibbla ke ibu dan bayi baru lahir. Program tersebut berhasil dan tidak ada AKI maupun AKB selama 2022.
Gerakan ini akan mewujudkan pemberdayaan secara pentahelic dan diharapkan menurunkan AKI dan AKB. Dari dua desa akan diadopsi ke 26 desa lainnya. Sesuai dengan jumlah puskesmas. Kemudian akan gerakan berbasis kibbla akan diperluas ke 150 desa dan diperluas lagi sampai 267 desa/kelurahan. Pemkab akan berkoordinasi dengan stakeholder hingga tingkat bawah.
“Kondisi saat ini, AKI dan AKB di Boyolali masih tinggi dan belum optimalnya pemberdayaan masyarakat pada ibu secara komprehensif. Maka program gerakan merbabu ini, bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam perawatan kehamilan hingga masa nifas,” katanya. (**)