FOKUS JATENG-BOYOLALI-Puluhan sapi di Desa Banyuanyar Kecamatan Ampel mendapatkan vaksinasi antraks. Vaksinasi ini hanya menyasar ternak sehat dan diutamakan jantan. Selasa 12 Juli 2023.
Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakan Boyolali, Afiyani Rifdania mengatakan Desa Banyuanyar, Ampel menjadi salah satu dari lima daerah endemis antraks. Desa tersebut menjadi sasaran vaksinasi antraks. Mengingat pada 2012 silam di Desa Banyuanyar diketahui ada 12 sapi dan lima kambing yang mati berturut-turut dan mendadak. Kematian hewan tersebut terjadi berturut-turut selama empat bulan di pertengahan 2012 lalu. Temuan tersebut muncul saat tim kesehatan hewan Disnakan Boyolali tengah menangani kasus antraks di Desa Karangmojo, Klego dan Desa Gunung, Simo.
“Saat itu, warga tidak segera melaporkan. Padahal, Banyuanyar tidak menjadi daerah yang masuk radar antisipasi dinas. Namun, karena ada kejadian tersebut dinas menaruh curiga. Saat dilakukan pemeriksaan laboratorium, hasilnya positif antraks.”
Berdasarkan kasus pada 2012 silam, ada lima daerah endemis antraks. Yakni, Desa Banyuanyar, Ampel; Desa Karangmojo dan Sumberagung, Klego; Desa Gunung, Simo; Desa Sempu, Andong. Dampak antraks kurun 2011 – 2012 menyebabkan 28 ekor ternak positif antraks. Bahkan penyakit zoonosis ini menyebar ke manusia di daerah Klego.
” Jadi kalau bakteri antraks terkena oksigen diudara dia akan membentuk spora. Nah, spora itu yang ada di tanah dan bertahan puluhan tahun. Makanya kenapa kok kita sampelnya dari tanah, meski hewannya sudah tidak ada,” katanya.
Kendati saat ini, Boyolali bebas penyakit antraks, namun dinas tetap melakukan antisipasi dan meningkatkan kewaspadaan. Diantaranya dengan vaksinasi antraks secara rutin tiap tahunnya. Tahun ini dinas menyiapkan 2 ribu vaksin antraks di lima daerah endemis. Padahal, populasi ternak, baik sapi maupun kambing di daerah endemia mencapai 7,5 ribu ekor.
“Sebenarnya, 2 ribu dosis vaksin antraks tidak cukup. Karena populasi di lima desa (Endemis) ada 7.500. Jadi 7.500 itu belum semua bisa divaksin. Karena yang divaksin harus ternak yang sehat, jantan, sama cukup umur dan betina tidak boleh divaksin. Kalau jumlah betina saja sudah separo sendiri, otomatis tinggal 3 ribu sekian, kalau ada yang bunting, belum cukup umur atau kondisinya sedang sakit tidak kita vaksin,” jelasnya.
Selain vaksin, dinas juga melakukan pengambilan sampel tanah dua kali dalam satu tahun. Pengambilan tanah menyasar bekas lokasi penguburan dan penyembelihan ternak. Kemudian, dinas akan menerapkan larangan lalu lintas hewan ternak jika ada kejadian antraks. Jika kondisi aman, dinas akan menerapkan uji laboratorium pada ternak yang keluar dan masuk dari luar daerah. (**)