Merawat Situs Purbakala Makam Budho di Boyolali yang Terbengkalai

FOKUS JATENG-BOYOLALI- Menggugah kepedulian akan peninggalan bersejarah, komunitas Boyolali Heritage Society (BHS) bersama warga Desa Tampir Kecamatan Musuk menggelar sejumlah kegiatan di kawasan Makam Budho di Dusun Jambesari desa setempat.

“Dulu makam budho ini dikenal angker, jadi warga enggan mendekati,” kata mbah Topo salah satu anggota BHS.

Diawali pada Kamis 20 Juli 2023 siang, para pemerhati sejarah dan budaya itu bersama warga setempat melakukan besik makam (bersih-bersih makam), dilanjutkan doa bersama pada malam harinya.

“Malamnya, ada kenduri dengan tumpeng dan ingkung khas lereng merapi, disini sembari berbincang kami sosialisasikan juga tentang menjaga warisan budaya, respon warga cukup baik,” imbuhnya.

Tak hanya itu, selepas kenduri dikawasan tersebut juga digelar tarian gambyong yang melibatkan warga sekitar.

“Iya, kami juga mengajak generasi muda untuk lebih mengenal tentang warisan budaya dan merawat kearifan lokal.”

Ketua BHS, Kusworo Rahardian membenarkan, ada kesan angker membuat masyarakat enggan mendekat ke Makam Budho. Makam jadi tidak terawat. Untuk menggunggah masyarakat, pihaknya membuat event budaya agar Makam Budho tetap terjaga dan terawat.

“Kami menggelar doa bersama dan kegiatan kebudayaan. Kami ajak masyarakat agar ikut serta melestarikan warisan budaya di sini. Apalagi, memang di sekitar sini banyak juga ditemukan peningggalan arkeologi,” jelasnya .

Dijelaskan, Makam Budho tak hanya pesarean bagi tokoh pepunden setempat. Namun, dikompleks tersebut juga ditemukan batu- batu candi. Kemudian ditata ulang seperti makam dan batas pagar komplek situs. Bahkan bayak juga temuan beberapa antefak di pekarangan warga. Salah satu arca yang ditemukan di sekitar Tampir adalah arca Ganesha yang disimpan di Rumah Arca Boyolali.

Bersama warga, BHS kemudian melakukan gotong royong membersihkan komplek Makam Budho. Kemudian dilakukan pemasangan nisan dibeberapa makan tokoh di sana. Dilanjutkan dengan kendurenan dan tasyakuran Kamis 20 Juli siang.

Kemudian, pada Kamis pukul 20.00, pagelaran budaya ditampilkan. Mulai dari tari tradisional hingga doa bersama. Setelah itu, warga bersama komunitas berkumpul dan bersilaturahmi. Mereka sepakat untuk ikut menjaga pelestarian peninggalan bersejarah tersebut. (**)