FOKUS JATENG-BOYOLALI-Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) terus melakukan upaya pencegahan terjadinya kebakaran di kawasan gunung Merbabu dengan cara membuat sekat bakar di sejumlah titik yang dinilai rawan terjadinya kebakaran. BTNGMb juga mengajak masyarakat sekitar hutan untuk patroli secara rutin.
“Kami bersama masyarakat dan berbagai pihak, baik melalui rapat koordinasi, kampanye pengendalian kebakaran serta juga mengajak masyarakat utamanya di desa-desa penyangga, kami ajak untuk berperan serta, bersama-sama patroli,” tutur Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BTNGMb, Nurpana Sulaksono, Rabu 26 Juli 2023.
Selain itu, pihaknya melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat. Yakni, lebih pada kesadaran masyarakat untuk mencegah dan tidak melakukan aktivitas berbahaya yang menyebabkan kebakaran hutan. BTNGMb juga membuat posko pengendalian karhut. Ada dua posko yang disiapkan, satu di wilayah resort Wonolelo dan wilayah Kopeng, Kabupaten Semarang. Pos bersama ini melibatkan masyarakat, petugas BTNGMb, muspika.
“Pencegahan itu perlu dilakukan mengingat musim kemarau yang sangat rawan terjadi kebakaran. Jika sudah terjadi kebakaran dan merembet ke kawasan puncak, lanjut dia, maka sangat sulit dipadamkan. Mengingat kebakaran hutan seperti tahun 2019 lalu yang menghanguskan 600-an hektar lahan itu tidak terulang lagi.”
Dijelaskan, pada puncak kemarau pada Agustus-September akan dibuat sekat bakar. Lokasi sekat bakar akan disesuaikan dengan titik-titik rawan karhut. Petugas akan membabat tanaman kering dengan lebar empat sampai lima meter. Karena jika kurang dari itu, pihaknya khawatir percikan api bisa menyambar sisi lainnya. Data tahun sebelumnya, panjangnya mencapai 5-10 kilometer. Nurpana menyebut, ada potensi untuk diperpanjang lagi. Karena ada jalur sekat bakar yang ditambahkan dan ada yang masuk pemeliharaan. Yakni, bekas sekat bakar yang sudah dibuat sebelumnya.
“ Sekat bakar ini paling banyak dibuat di zona rimba, taman nasional. Karena tujuannya tidak sampai ke bawah, kita itu memotong rembetan kebakaran. Jaraknya (titik sekat bakar) ini dari kawasan penduduk cukup jauh. Membutuhkan waktu antara 2 hingga 4 jam perjalan untuk bisa sampai ke lokasi” jelasnya.
kalaupun terjadi, resiko-resikonya sudah kita antisipasi agar tak semakin meluas,” katanya.
Untuk diketahui, pada September 2019 lalu, kebakaran hebat sempat melanda hutan kawasan TNGMb, Saat itu, Api yang awalnya muncul di atas Kawasan Dusun Malang, Desa Monolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang terus merambat. Api yang tak terkendali terus membesar ke arah utara dan timur, yaitu Selo, Ampel, Boyolali dan Kabupaten Semarang.
“Jadi semakin berkurang aktivitas masyarakat, manusia di atas (Gunung Merbabu) jadi semakin kecil risiko terjadinya kebakaran. Jadi kita ada tiga closet circuit television (CCTV) yang memantau secara live terkait dengan kondisi yang ada di sabana 1, terkait kebakaran itu kita juga bisa memantau ke CCTV. Ya harapan kita semoga tidak terjadi kebakaran, tapi paling tidak kalaupun terjadi, resiko-resikonya sudah kita antisipasi agar tak semakin meluas.” (**)