FOKUS JATENG- BOYOLALI- Sejak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng, khas Boyolali terus dikumandangkan. Diharapkan setiap kecamatan minimal memiliki satu set pakaian tata rias khas Boyolali ini.
“Tata rias pengantin wahyu merapi pacul goweng ini sudah ada sejak zaman Diponegoro, dan ini tata rias khas Boyolali,” kata Siti Tasdiqoh Wakil Ketua Himpunan Ahli Rias Pengantin (Harpi) Melati, Boyolali disela kegiatan Table talk budaya dan tata rias pengantin Wahyu Merapi Pacul Goweng. Kegiatan yang menggandeng LBK erawati ini berlangsung di aula Hotel Pondok Asri Boyolali. Rabu 9 Agustus 2023.
Dijelaskan, penamaan Pacul Goweng diambil dari kuluk atau topi mahkota pengantin pria, dulu digunakan oleh prajurit Pangeran Diponegoro untuk menikah di daerah Selo, di lereng Gunung Merapi.
“Untuk filosofi sebetulnya terdapat pada kuluk pengantin kakung, yang dulu digunakan oleh prajurit Pangeran Diponegoro untuk menikah di daerah Selo. Maka dari itu dinamakan Wahyu Merapi Pacul Goweng karena dulu pertama digunakan di daerah Selo,” katanya.
Namun masih ada sejumlah ciri khas dalam tata rias ini. Yakni untuk pengantin perempuan mengenakan gelung tekuk pakai lungsen, kebaya sederhana, jarik Sidomukti, bunga kinasih dan bangun tulan yang dironce, paes warna hitam dan tanpa alas kaki. Kemudian ada cundhuk mentul, yang melambangkan keanekaragaman sumber daya alam di Boyolali. Ada matahari, pepaya, bunga mawar, tembakau dan sapi.
“Untuk motif baju juga ada motif dari ikan lele yang merupakan khas Boyolali, dan corak (kain) jarik Wahyu Merapi, dengan motif Gunung Merapi dan Merbabu.”
Kemudian pada corak paes atau rias wajah yang dinamakan panunggul Merapi-Merbabu dan diapit bunga kantil yang mirip kepala ikan lele. Dalam rias ini juga ada pakem yang tidak boleh dihilangkan atau dimodifikasi.
Seperti pada rangkaian bunga melati, cundhuk mentul harus berbentuk khas Boyolali. Kemudian periasan paes berwarna hijau kehitaman dengan list warna emas. Untuk eyeshadow warna juga hijau kehitaman dan lipstik warna merah jambu.
“Untuk modifikasinya baru diperbolehkan untuk baju, namun untuk periasan yang lain tidak diperbolehkan.”
Yang menarik, lanjut Siti Tasdiqoh, adalah harga kesembilan cundhuk mentul yang dikenakan pengantin wanita. “Ini total harganya Rp 35 juta. Namum semua ini sebanding dengan filosofi yang terkandung di dalamnya. Yang melambangkan potensi Boyolali,”imbuhnya.
Siti Tasdiqoh mengatakan akan terus mensosialisasikan tata rias pengantin khas Boyolali ini. (**)