Antisipasi Kekeringan Lahan Pertanian, Begini Langkah Dispertan Boyolali

Total di Boyolali ada 432 irigasi dangkal. Diperkirakan mampu mengairi lahan pertanian sampai 126,9 hektare (doc/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pemkab Boyolali terus melakukan langkah mitigasi terkait dampak kekeringan terhadap pertanian pada musim kemarau 2023. Musim kemarau tahun ini diprediksi panjang.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Joko Suhartono menjelaskan, respon atas kekeringan pada musim kemarau tahun ini diantaranya diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan daerah-daerah irigasi atau lahan pertanian. Baik sumur dangkal maupun sumur dalam.
“Sumur irigasi dangkal tersebut menjadi salah satu sumber pengairan lahan pertanian di Boyolali. Satu sumur, dalam rata-rata (Digunakan,Red) selama lima jam dapat mengairi lahan pertanian sampai 3 ribu – 3,5 ribu meter,” katanya. Senin 28 Agustus 2023.
Disebutkan, Total di Boyolali ada 432 irigasi dangkal. Diperkirakan mampu mengairi lahan pertanian sampai 126,9 hektare. Hanya saja, sebaran irigasi dangkal tersebut belum merata di 22 kecamatan. Dikarenakan terkendala sumber air dan kedalaman. Irigasi dangkal paling banyak di Kecamatan Sambi dengan 57 sumur. Disusul Kecamatan Ngemplak dan Klego dengan masing-masing 55 sumur. Lalu Kecamatan Nogosari terdapat 52 sumur, Kecamatan Andong ada 48 sumur, Kecamatan Karanggede 27 sumur, Kecamatan Simo 26 sumur. Lalu di Kecamatan Sawit ada 20 sumur dangkal, di Banyudono juga ada 20 sumur dangkal. Lalu Wonosegoro ada 17 sumur; Kecamatan Mojosongo, Teras masing-masing 16 sumur, Boyolali Kota ada 12 sumur, Ampel ada 6 sumur, Juwangi ada 3 Sumur dan Kemusu ada 2 sumur.
“ Untuk wilayah yang tidak memiliki irigasi dangkal seperti daerah lereng Merapi-Merbabu. Yakni, Kecamatan Selo, Gladagsari, Cepogo, Musuk dan Tamansari. Lalu ada satu daerah di wilayah utara, yakni, Kecamatan Wonosegoro.”
Joko Suhartono menambahkan, Boyolali juga memiliki lahan pertanian tadah hujan. Berdasarkan data statistik pertanian (SP) pada 2022, luas lahan sawah tadah hujan seluas 11.125 hektar, terdiri dari 124,4 hektar satu kali tanam padi, 10.340,6 hektar dua kali tanam padi dan 170 hektar bisa tiga kali tanam padi. Sedangkan yang tidak ditanami padi (Komoditas lain,Red) ada 490,6 hektar.Untuk itu, penanaman padi untuk Juni-Juli dilakukan pada daerah beririgasi.
“ Dispertan merekomendasikan jika menanam padi menggunakan varietas umur pendek, tahan kekeringan dan tahan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Bila air tidak cukup, diharapkan menanam palawija,” pungkasnya. (**)