FOKUS JATENG-BOYOLALI-Serangan kawanan monyet dari kawasan Gunung Merapi kini telah mencapai puncaknya. Pascaerupsi 2010, ratusan hektare lahan pertanian disejumlah Kecamatan kawasan lereng Gunung Merapi ludes tak dapat diselamatkan. Warga Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali mulai bergerak mengatasi serangan monyet ekor panjang. Caranya dengan membuat jebakan menyerupai jebakan tikus, terbuat dari bambu. Jebakan itu diletakkan di pinggiran ladang atau lahan pertanian. Didalam jebakan juga dipasang umpan berupa buah- buahan yang diikat tali. Jika umpan ditarik atau diambil monyet maka pintu jebakan pun menutup.
“Ya, karena serangan ratusan kera kini telah menghabiskan tanaman sayuran. Puluhan hektare yang dikelola ribuan kepala keluarga (KK) di wilayahnya,” kata Sekdes Sangup, Sri Hartono. Kamis 5 Oktober 2023.
Dia mengatakan, serangan kawanan monyet sudah sangat meresahkan masyarakat. Tak hanya di Desa Sangup, namun juga desa lain disekitar lereng Merapi seperti Dragan, Lampar dan Jemowo. Akibatnya, warga enggan bertanam palawija. Bila kondisi ini terus dibiarkan, dia khawatir akan terjadi krisis sayuran dari lereng Gunung Merapi. Berbagai upaya sudah tidak mempan mengusir para monyet. Kini serangan monyet tidak bisa ditebak mengingat sudah tidak mengenal waktu lagi. Meski ditunggu seharian penuh, kera masih dapat melihat celah lengahnya petani. “Singkong untuk pakan sapi di kandang juga dilahap, ketika tanaman pangan sudah habis, kawanan monyet nekat memakan pucuk rumput gajah maupun tanaman lain” ucapnya.
Lebih merasahkan lagi, kawanan monyet sudah berkembang biak melebihi jumlah penduduk Desa Sangup sendiri. “Penduduk sini hanya 2.700, sedang populasi monyet lebih banyak. Monyet juga sudah berani masuk rumah mencuri makanan hingga merusak genteng.”
Adapun ide pembuatan jebakan, lanjut Sri Hartono, berawal dari keresahan masyarakat terhadap tanaman di ladang yang dirusak monyet. Warga sempat frustrasi mengatasi serangan monyet. Puluhan hektare kebun di wilayah itu juga diserbu habis. Padahal, kawanan monyet tersebut juga tak boleh dibunuh. Lalu muncul ide penangkapan dengan jebakan ini. Warga pun bergotong royong membuat jebakan dari bahan bambu. Karena rumpun bambu tumbuh subur di kawasan Desa Sangup. Hingga saat ini sudah sekitar 150 ekor monyet sudah berhasil ditangkap.
“Iya bekerja sama dengan Lingkungan hidup(DLH) Boyolali dan Balai Konservasi SumberDaya Alam (BKSDA) Jateng. Monyet yang tertangkap akan diambil petugas BKSDA untuk diasingkan di hutan Pulau Nusakambangan,” katanya.
Terpisah, Asistem 2 Sekda Boyolali, Insan Adi Asmono mengakui adanya upaya penangkapan monyet tersebut. Dipilihnya Desa Sangup karena desa tersebut berada paling atas atau paling dekat dengan kawasan hutan Merapi.
“Kalau Sangup klir, maka desa lain juga klir.”
Diakui, pihaknya beserta BKSDA sekedar memfasilitasi, warga sendiri yang bergerak melakukan penangkapan dengan sistem jebakan. “Kami juga akan support jika desa lain juga ikut bergerak.”
Kawanan monyet, lanjut Insan, sudah sangat meresahkan warga. Pasalnya, tanaman sayuran, tembakau, jagung habis diserang hewan tersebut. Sekarang ini, warga hanya berani menanam tembakau saja, karena sudah tidak berani untuk menanam komoditas pertanian lainnya.
“Monyet yang tertangkap akan diserahkan ke BKSDA untuk dilepasliarkan ke Nusakambangan, karena pulau itu merupakan tempat endeminya monyet ekor panjang.” (**)