FOKUS JATENG-BOYOLALI- Kasus gigitan hewan pada manusia cukup banyak, tercatat pada 2022 yang masuk ke sistem informasi zoonosis dan EID (SIZE) ada empat ekor. Sedangkan pada 2023 ini juga ada empat kasus.
Mengantisipasi potensi virus rabies, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) langsung mengirimkan sampel hewan yang menggigit itu ke Laboratorium Kesmavet, Magelang.
“Empat kasus gigitan itu dari anjing. Kebanyakan kan 90 persen gigitan itu oleh anjing, selebihnya oleh monyet dan kucing. Kecil kasusnya, tapi ada. Pada 2017 itu kan (Pernah) ada di Karanggede dan Wonosegoro. Ada kasus monyet ekor panjang (MEP), saat itu, ada yang meninggal karena lansia digigit dan diserang MEP sampai operasi tendonnya putus. Itu tertangkap, kami lab-kan negatif. Tapi wis kadung buas,” kata Kabid Kesehatan Hewan, Disnakkan Boyolali, Afiyani Rifdania. Kamis 12 Oktober 2023.
Dijelaskan, Disnakkan Boyolali memiliki tim one heatlh. Ketika ada kasus kejadian hewan menggigit manusia maka ada laporannya. Fasilitas kesehatan (Faskes) akan mengirimkan laporan ke SIZE. Kemudian disnakan akan mengisolasi dan monitoring hewan itu selama 14 hari, sampai nanti mengembalikan kepada pemiliknya. Namun, jika hewan ternyata mati dan terdapat tanda-tanda rabies, dinas akan mengambil sampel hewan dan dikirimkan ke lab Kesmavet.
Adapun upaya antisipasi diantaranya dilakukan dengan menggelar vaksinasi rabies gratis pada hewan peliharaan selama satu tahun sekali. Pihaknya juga gencar melakukan edukasi pada masyarskat. Termasuk bagi pemelihara hewan, anjing maupun kucing harus dijaga kebersihannya dan tidak boleh diliarkan.
“Kalau Boyolali termasuk Jawa Tengah masih bebas rabies. Jadi kami sejak 1997 sudah dinyatakan bebas rabies. Selama ini begitu ada laporan gigitan, kami kirimkan sampel ke lab hasilnya negatif,” pungkasnya. (**)