FOKUS JATENG-BOYOLALI-Budidaya maggot menjadi salah satu solusi untuk mengelola sampah organik. Tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia. Bahkan mampu mendatangkan cuan. Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi volume sampah organik. Seperti yang dilakukan pengelola TPA Sampah Winong, Boyolali Kota.
“Untuk tahap awal kami lakukan budidaya pada 8 biopon atau kotak,” ujar Sekretaris DLH Boyolali, Suraji, Rabu 16 November 2023.
Dijelaskan, maggot dinilai menjadi alternatif agar bisa mendapatkan pakan ternak yang murah tapi berkualitas tinggi. Maggot sendiri merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Ukuran lalat tentara ini lebih panjang dan besar. Memiliki fisik berwarna hitam pekat dan kaki-kakinya berwarna putih. Meskipun dari keluarga lalat, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia.
Sedangkan untuk pengembangan budidaya tersebut, Suraji menyebut dilakukan dengan menggandeng pelaku usaha budidaya maggot di Boyolali.
“Kami menjalin kerjasama dengan Hartanto, pembudidaya maggot di Boyolali. Bahkan, hasil panen maggot langsung dibeli olehnya.”
Sejak berbentuk telur lalat, maggot membutuhkan sampah organic. Ditambah makanan sisa sampah rumah tangga seperti sayuran dan sisa makanan. Termasuk sisa makanan dari warung makan. Menurut Suraji, dibandingkan cacing, maggot lebih menguntungkan sebagai pakan ternak karena lebih cepat berkembangbiak dan cepat bisa dipanen.
“Kelebihan maggot ini ada pada makanannya. Dimana makanan maggot adalah semua sisa makanan yang sudah sampai di TPA Winong ini. Magot bisa dipanen dalam waktu 8- 9 hari. Harga maggot dipasaran berkisar Rp 5.000- Rp 6.000per kilogram.”
Budidaya maggot memiliki banyak manfaat untuk penguraian sampah organik karena tak ada yang terbuang. Maggot mengurai sampah organik yang lebih besar 1-3 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram Maggot juga dapat menghabiskan 2-5 kilogram sampah organik per harinya.
“Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 1-3 kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. Bahkan, bisa sampai 5 kali bobot tubuhnya,” imbuhnya.
Selain bermanfaat untuk pakan ayam petelu, konsentrat dari maggot ini juga bisa untuk hewan ternak lainnya. Seperti ayam pedaging, burung puyuh, bebek, dan juga ikan lele, maggot pun mempunyai nilai ekonomis, yaitu bisa menjadi sumber pakan ternak dan menjadi pupuk.
Setelah maggot mati, bangkai maggot bisa digunakan sebagai pakan ternak karena kaya protein. Bahkan kepompong maggot bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Sehingga tak menimbulkan sampah baru.
Ditambahkan, sampah yang masuk TPA mencapai 70 ton/ hari. Beruntung, ada sejumlah pemulung yang memilah sampah di TPA. Mereka mengambil sampah yang bisa dijual untuk didaur ulang. Seperti besi, plastik hingga plastik kresek.
Sedangkan sampah organik dimanfaatkan untuk pupuk maupun pakan maggot. Bahkan, ada beberapa pembubidaya maggot yang mengambil sampah organik dari TPA. Sampah tersebut sudah bebas dari sampah anorganik. (**)