Fokus Jateng-KARANGANYAR -Kegemaran Minum teh sudah menjadi budaya bagi sebagian masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu. Meski demikian, warisan pengetahuan para leluhur tentang bagaimana tata cara menyeduh teh hingga menyajikannya dengan benar, seperti makin ditinggalkan.
Ironisnya lagi, marak belakangan ini produksi teh ekstraksi serta kegemaran sebagian besar masyarakat yang lebih menyukai teh industri negara lain ketimbang produk asli tanah air sendiri yang sejatinya tak kalah, baik dari segi rasa maupun kualitas.
Keprihatinan itu mendasari berdirinya Komunitas Penikmat Teh Asli Indonesia, yang dideklarasikan Ketua Umum PERADI Otto Hasibuan bersama para penikmat teh, saat acara “Ngeteh Sore”, di Pendopo Madusuko PT Rumpun Sari Kemuning Kemuning, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Rabu 7 Desember 2023.
Di dalam komunitas tersebut, Otto Hasibuan saat ini didapuk sebagai Dewan Pembina. Penandatanganan form deklarasi Komunitas Penikmat Teh Asli Indonesia juga dilakukan bersama perwakilan pedagang, pengusaha resto, dan pemilik kedai teh dari berbagai daerah.
Otto mengatakan, bahwa produk teh asli Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah istimewa dibanding produk teh dari negara lain. Bahkan, sudah banyak produk teh Indonesia yang beredar di berbagai belahan dunia.
“Saya pernah ke Italia, saat di daerah Sisilia, di sana itu ternyata ada teh dari Singkawang. Ini menandakan bahwa teh asli Indonesia tidak kalah dengan negara lain, dan juga memiliki cita rasa yang khas,” ungkapnya.
Dia berharap Komunitas Penikmat Teh Asli Indonesia terus mendapat dukungan agar bisa menjadi wadah sekaligus sarana komunikasi dan diskusi dalam rangka mengembangkan segala hal tentang teh di Indonesia.
Sementara itu, Maryono selaku Humas PT Rumpun Sari Kemuning, mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei, 75 persen masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi teh. Karena itu, maraknya produk teh yang terindikasi ekstraksi menjadi hal yang kini dikhawatirkan.
Menurut dia, ada beberapa tradisi tata cara menikmati teh khas asli Indonesia yang merupakan warisan para leluhur. Seperti di antaranya yakni tata cara tradisi minum teh ala Kepatihan, Mangkunegaran, dan Gajah Jurug.
“Kita akan bangkitkan dan lestarikan kembali tradisi minum teh yang benar. Teh harus kita selamatkan. Jangan sampai nasibnya seperti tanaman lain. Kami berharap Kabupaten Karanganyar bisa menjadi embrio untuk mengembangkan Komunitas Penikmat Teh Asli Indonesia,” kata Maryono.( lg/bre)