Fokus Jateng-BOYOLALI-Bambu telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia selama berabad-abad. Sebagai bahan alam yang melimpah, bambu telah digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk perumahan,bahan baku tekstil, alat-alat transportasi, dan kerajinan tangan. Selain itu bambu juga berfungsi sangat baik dalam upaya konservasi dan mitigasi perubahan iklim.
“Akar serabut bambu mampu menjaga ekosistem air dan menyimpan pasokan air yang melimpah,” kata Ismail Alhabib dalam kegiatan sekolah lapang Pelatihan Kerajinan Bambu yang diadakan Lakpesdam PCNU Boyolali di Aula Desa Walen Simo Boyolali, Kamis, 12 Desember 2023.
“Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meriset bahwa dari satu rumpun bambu betung usia lima tahun dengan jumlah 20 batang dan tinggi pohon rata-rata 15 meter serta diameter batang 10 sentimeter dapat mengkonservasi 391,22 ribu liter air per hektare atau setara dengan 11 unit truk air berukuran 36.000 liter,” imbuhnya.
Bambu dipilih karena sifatnya yang kuat, fleksibel, dan tahan lama, menjadikannya bahan yang sempurna untuk menciptakan berbagai produk. Menurut pengrajin bambu dari Simo, Ismanto, tanaman bambu bisa untuk rehabilitasi lahan terdegradasi, menyerap dan menyimpan karbon, dan bisa diolah menjadi berbagai jenis produk berkualitas seperti kerajinan yang bisa memberi kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
“Dengan ketelatenan dan jaringan pemasaran yang baik lewat pameran atau online, harga kerajinan bambu bisa untung 300 sampai 500%. Kita bisa mengembangkan bahan bambu menjadi kipas, kuda lumping, besek, hiasan lampu, asbak dan lain-lain,” kata Ismanto memotivasi peserta.
Ada 30 peserta, mereka berasal dari kelompok muda, difable dan perempuan telah mewarisi teknik-teknik tradisional ini dari Ismanto. Teknik-teknik tersebut mencakup pemotongan, pelunakkan, pembentukan, dan penyatuan bambu untuk menciptakan beragam produk seperti perabotan rumah tangga, kerajinan hias, kuda lumping, kipas, besek, kukusan, dan masih banyak lagi.
“Kita mengalami keterbatasan alat dan fasilitas, kalau ada peralatan yang memadai terutama mesin laser, kita bisa kembangkan dari bahan bambu atau limbah kayu menjadi jam tangan, jam dinding, lukisan dan lain-lain,”lanjut Ismanto.
Salah satu peserta asal Desa Pentur, Ria, mengatakan dari satu bambu seharga Rp.10 ribu bisa menjadi 50-60 besek dan mendapatkan hasil sebesar Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu.
“Kalau diberi warna akan lebih mahal lagi,” ujarnya.
Senada, Siti Wardati dari Dukuh Pokoh mengaku sangat senang mengikuti pelatihan ini, namun dia berharap harus ada tindak lanjutnya. “Kita nantinya butuh pembinaan, pendampingan dan dibantu memperluas pemasaran, kalau bisa dibantu alat-alat lebih bagus lagi” kata Wardati. (ist/**)
Ada Pelatihan Kerajinan Bambu dari Lakpesdam PCNU Boyolali

Sejumlah kelompok mengikuti pelatihan kerajinan bambu yang digelar Lakpesdam PCNU Boyolali di Aula Desa Walen Simo Boyolali (doc/Fokusjateng.com)