FOKUSJATENG-WONOGIRI – Fenomena El Nino yang terjadi pada bulan Agustus 2023 berimbas hingga di Indonesia. Fenomena El nino adalah naiknya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah karena pemanasan global, bahkan tahun ini mencatat rekor kenaikan suhu tertinggi. Sejumlah wilayah di Indonesia merasakan dampak cuaca ekstrem panas yang dipicu oleh fenomena ini. Angin kering disebabkan naiknya suhu air laut di Samudera Pasifik mengakibatkan produksi awan menurun dan mundurnya musim penghujan.
Di Indonesia khususnya pulau Jawa, hujan baru mulai turun di pertengahan bulan desember. Hal ini mengakibatkan bencana kekeringan meteorologis di berbagai daerah.
Salah satu Kabupaten yang mengalami bencana kekeringan cukup parah ialah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonogiri, Trias Budiono mengatakan dari 25 Kecamatan di Wonogiri, 21 diantaranya mengalami bencana kekeringan. Mulai merasakan kekeringan di bulan September, hingga puncaknya di bulan Oktober – November.
Memasuki bulan Desember, hujan yang mulai turun meski belum merata, menurunkan wilayah terdampak. Dari 21 Kecamatan terdampak, turun hingga 50% tinggal 12 Kecamatan, dan terus menurun seiring dengan intensitas hujan.
Namun demikian, masih ada beberapa kecamatan terdampak hingga awal Januari 2024. Salah satunya adalah Kecamatan Karang Tengah. Salah satu kecamatan di Wonogiri dengan ketinggian 600 mdpl dengan kondisi tanah berwarna putih kecoklatan yang terbentuk dari batuan karang yang telah hancur. Tanah putih dari batuan karang ini tergolong kurang bisa mengikat air tanah yang tersimpan di bawah permukaan tanah. Air tanah di sumur – sumur warga kerap “menghilang” mengalir dari satu titik ke titik lain karena terjadi pergeseran tanah. Bencana longsor juga menjadi salah satu ancaman di Kecamatan Karang Tengah jika musim penghujan datang dengan intensitas tinggi.
Dari kondisi kekeringan di Kecamatan Karang Tengah tersebut, Save the Children melalui Migrant CARE Jawa Tengah melakukan respon bencana kekeringan dengan melakukan droping air bersih untuk masyarakat terdampak di Wonogiri.
Koordinator Migrant CARE Jawa Tengah, Mulyadi, di temui di sela – sela kunjungan ke Karang Tengah mengungkapkan, “total ada delapan desa yang kami intervensi dengan memberikan droping air bersih untuk warga terdampak, dan salah satu yang kami kunjungi hari ini (02/01/2024) adalah dusun ngledok desa Jeblogan Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Wonogiri.
Desa Ngledok terdiri dari 130 KK dengan 500 jiwa, dan Migrant CARE melakukan droping perhari satu truk tangki air kapasitas 5.000 liter untuk dusun ngledok. Kalau di bagi rata – rata per jiwa mendapatkan 10 liter air.
Minimal untuk kebutuhan minum dan memasak terpenuhi. Dalam melakukan droping air ini, tentu saja kami bekerjasama atau kolaborasi dengan BPBD Kabupaten Wonogiri, Pemerintah Kecamatan dan Desa serta partisipasi masyarakat baik relawan maupun swasta khususnya pengusaha tanki air”, ungkap Mulyadi.
Camat Kecamatan Karang Tengah, Tri Wiyatmoko,membenarkan apa yang disampaikan oleh Mulyadi. Camat bahkan berharap, bantuan air di perluas tidak hanya di Desa Jeblogan, namun juga Desa Purwoharjo di Kecamatan Karang Tengah yang masih terkena bencana Kekeringan. Kondisi di Purwoharjo meski dekat dengan Hutan Pinus dan terdapat sendang, namun debit air masih sangat sedikit dan air masih keruh karena hujan baru turun beberapa kali. Biasanya air mulai normal kalau sudah hujan sebulan penuh. Namun demikian, Tri Wiyatmoko selaku Camat Karang Tengah mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas bantuan Migrant CARE bersama Save The Children.
Merespon permintaan Camat Karang Tengah, Mulyadi mengatakan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan tim dan akan memberi kabar secepatnya.(abu/bre)