Fokus Jateng-BOYOLALI, – BPBD Boyolali dengan memasang tiga early warning system (EWS) bencana longsor di Kecamatan Wonosegoro dan Kemusu. Mengingat, ancaman bencana alam mulai terjadi sejak akhir 2023 sampai awal Januari ini.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Boyolali, Suratno meminta masyarakat untuk memitigasi sejak dini. Termasuk membersihkan drainase atau saluran air. Agar banjir bandang seperti di Selowangen, Desa/Kecamatan Selo akhir 2023 tidak terulang. Hal tersebut juga berlaku bagi daerah potensi banjir seperti di Kecamatan Ngemplak, Kemusu.
“ Kami menggandeng Pemdes Sawahan, Kecamatan Ngemplak dalam kegiatan normalisasi kali Grenjeng. Daerah tersebut dan sekitar memang kerap terjadi banjir bandang. Pada aliran kali itu terdapat dua pulau dengan rumpun bambu selama 15-20 tahunan,” paparnya saat ditemui di kantornya, Senin 8 Januari 2024.
Khsusus di Kecamatan Kemusu, terdapat pertemuan dua sungai besar. Yakni, Sungai Braholo dan Sungai Serang. Potensi lipasan air menyebabkan banjir. Meski masyarakat sudah menyiapkan kawasan sabuk hijau untuk mengantisipasi limpahan air. Kawasan sabuk hijau itu berada di lahan milik Balai Besar Wilayah Sungai Pemali – Juana.
“Kami sudah ada tim siaga desa. Lalu ada juga 23 desa tangguh bencana di Boyolali. Kami harap desa-desa itu dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana yang diprediksi sampai Februari ini,” jelasnya.
Berkait hal tersebut, BPBD Boyolali telah memasang tiga alat EWS di Kecamatan Wonosegoro dan Kemusu. Alat itu akan memberikan warning ketika terjadi tanah gerak dan potensi longsor. Pemasangan EWS dilakukan pada 2023 lalu. Selain dua wilayah itu, potensi tanah longsor juga mengintai Kecamatan Karanggede, Cepogo, Selo, Gladagsari dan sebagian Musuk. (**)