FOKUSJATENG.COM, JATENG – Relawan desa Pagak berharap kepada pemerintah Kabupaten Sragen untuk bersinergi dengan relawan untuk menangulagi siklus kekeringan di bumi Sukowati.Suprihatin, perempuan (36) relawan desa Pagak Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dengan semangat menuturkan awal mula tergerak menjadi relawan bencana kekeringan dalam forum Pembelajaran Bersama : Kolaborasi Pentahelix Dalam Mitigasi Bencana Kekeringan di Kabupaten Sragen yang di selenggarakan oleh Save the Children bersama Migrant CARE Jawa Tengah di Hotel Alana, Colomadu, Surakarta (31/01/2024)
” banyak wilayah di sragen utara yang dahulu belum pernah kekeringan, tapi di 2023 terjadi kekeringan. Hal ini mendorong kepedulian warga menjadi relawan spontan yang tergerak dari hati untuk menanggulangi bencana dengan menggalang dana” papar perempuan tamgguh tersebut.
Lebuh jauh suprihatin menjelaskan kendala kendala awal untuk mengatasi kekeringam di lingkungannya.” Pada awal belum ada koordinasi yang baik karena sifatnya spontan, sehingga muncul salah paham antara pemerintah dengan relawan. Baru setelah berjalan, mulai ada koordinasi dan tertata dalam pemenuhan kebutuhan air bersih warga” tegasnya.
Karena baru pertama ini kami di Kecamatan Sumberlawang mengalami kekeringan, terus terang banyak kendala dan kebingungan dalam awal melangkah. Ide awal kami para relawan adalah bagaimana mengumpulkan uang untuk membeli air. Ternyata dana juga belum bisa sepenuhnya menyelsaikan masalah, karena tidak semua driver tangki mau sampai lokasi terjauh dengan kondisi jalan yang rusak dan kiri kanan tebing sehingga khawatir jika terpersok. Menjadi suka duka relawan meski sudah bekerja keras, namun kami para relawan masih saja sering di salahkan karena dianggap berjalan sendiri dan tidak ada koordinasi dengan Pemerintah.
Dari proses identifikasi warga di Kecamatan Sumberlawang yang membutuhkan air, saya melihat banyak persoalan di masyarakat. Ketemu dengan anak – anak yang tidak bisa membaca karena tidak sekolah, disabilitas tidak bisa bangun menahun, dan kemiskinan yang semakin terpuruk karena kekeringan. Hal inilah yang mendorong kami para relawan berpikir untuk melakukan perubahan di masa datang. Dari Bencana Kekeringan ini, kami tergerak untuk membangun generasi masa depan yang lebih tangguh dan sejahtera.
Kehadiran Migrant CARE sangat membantu warga lingkungan desa Pagak karena tidak hanya melakukan droping air, namun juga ada kegiatan peningkatan kapasitas relawan, hal ini sangat membantu kami para relawan spontan dalam koordinasi dengan Pemerintah desa hingga kabupaten dan melakukan pembelajaran bersama-sama dalam penanggulangan bencana, cerita suprihatin dengan penuh semangat. ” kami sangat terbantu atas kehadiran Migrant Care yang banyak membantu mencarikan soolusi untuk menanggulangi bencana kekeringan ” ujarnya.
Sementara itu Mulyadi selaku Koordinator Migrant Jawa Tengah menjelaskan bahwa respon kekeringan ini merupakan kolaborasi Save The Children dan Migrant CARE dalam program BESTARI (Building Resilient and Safe Future Generation atau membangun Generasi Masa Depan Yang Tangguh dan Mandiri.” Kami berharap masyarakat memiliki ketangguhan di masa depan jika menghadapi bencana yang sama dalam hal ini kekeringan. Dalam hal ini kami mendorong warga untuk mampu membuat Rencana Penanggulangan Bencana tingkat Desa agar lebih siap siaga di masa depan ” tegas Mulyadi
Hadir juga dalam forum kolabrasi pentahelik dalam mitigasi bencana kekeringan di Kabupaten Sragen; Kalakhar BPBD Provinsi Jawa Tengah, Bergas Catursai Penanggungan yang hadir di dampingi Kabid I Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Wahjoedi Fajar dan Kalak BPBD Kabupaten Sragen, Triono, dari Dinas Sosial dan Dinas PMD Kabupaten Stragen melengkapi Rencana Penangulangan Bencana Kekeringan di Kabupaten Sragen.
Bergas Catursasi Penanggungan selaku Kalakhar BPBD Provinsi Jawa Tengah menyampaikan, pada prinsipnya bencana adalah urusan kita bersama, maka agar lebih terkoordinir dalam gerakan penanggulangan bencana butuh wadah bersama, yakni perlunya Forum Penanggulangan Bencana (FPRB) di tingkat desa. Setiap desa yang rawan bencana harus menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana). Dan nantinya akan disusun Kajian Risiko Bencana Desa dan Rencana Penanggulangan Bencana yang akan di hubungkan dengan anggaran desa sehingga lebih terkoordinir. Hal ini penting mengingat Pemkab Sragen menempati urutan kedua penerima manfaat distribusi air bersih setelah kabupaten Banjarnegara. Artinya kekeringan di Sragen memang cukup luas.
Menanggapi kondisi tersebut Sekretaris Dinsos Sragen, Suharti dalam sesi tanggapan memberikan penjelasan bahwa bantuan bencana di Sragen sudah diatur melalui Perbub No. 30 tahun 2022 untuk dampak bencana. Untuk kelompok rentan dari kelompok disabilitas juga ada bantuan khusus jika dinas sosial mendapat laporan dari relawan mengingat keterbatasan tenaga lapangan dinas sosial untuk bisa merespon semua persoalan di lapangan. ” pada dasarnya pemerintah kabupatan akan menampung semua laporan dan memberikan solusi serta bekerja sama dengan stake horder terkait” ujarnya.
Selain itu hadur juga Dari Dinas PMD, Heru Cahyono mendukung pentingnya ada Forum Pengurangan Rencana Bencana (FPRB) yang resmi dan diakui desa sehingga memudahkan dalam pendanaan termasuk menerima dana dari CSR kalau sudah ada kejelasan pengurus. Pendanaan dari Dana Desa juga bisa, misalnya di bidang II untuk pemberdayaan dan juga bidang V untuk tanggap darurat. Rencana Penanggulangan Bencana yang sudah di susun, bisa di usulkan ke desa agar masuk dalam anggaran desa. (Rls /bre)