Ratusan Relawan 01 dan 03 Nonton Bareng Wayang Kampung Sebelah di Gedung Umat Islam Surakarta

FOKUSJATENG.COM, Solo – Ratusan relawan pendukung dari Pasangan Capres – Cawapres 01 serta 03 yang tergabung dalam Solo Melawan Politik Amoral [SEMPAL] nonton bareng Wayang Kampung Sebelah dengan lakon Gugat Lesmana Mandra Kumara (MK), di halaman Gedung Umat Islam, Selasa (6/2/2024).

Harry Prabowo mewakili SEMPAL (Solo Melawan Politik Amoral), mengungkapkan bahwa pertunjukan Wayang Kampung Sebelah yang di bungkus dalam humor bertujuan sebagai gerakan penyadaran masyarakat menyikapi situasi politik saat ini. Harry berharap, gerakan budaya menjadi bagian dari gelombang perlawanan terhadap politik amoral. Dalam hal ini, pasangan 02 yang dinilai telah melakukan banyak kecurangan.

Dipaparkan oleh Hary, bahwa sejak awal pencalonan, melalui keputusan Mahkamah Konstitusi yang kontroversial dalam memuluskan langkah Gibran sebagai Cawapres, bisa dikatakan awal mula melakukan kecurangan. Karena keputusan Mahkamah Konstitusi sendiri dianggap melanggar Kode Etik oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi. Kemudian Sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) juga telah menetapkan Ketua KPU RI telah melanggar kode etik karena menerima pendaftaran Gibran.

Dan yang lebih terang – terangan adalah keberpihakan Presiden yang menyatakan boleh berkampanye dan mendukung calon tertentu, dalam hal ini pasangan capres nomor urut 02, dimana Gibran selaku anaknya menjadi Cawapres

“Saat ini kaum agamawan sudah bersikap, akademisi sudah bersikap, para seniman dan budayawan juga kita harapkan tidak tinggal diam, ikut memberikan penyadaran kepada masyarakat terhadap praktek politik amoral. Kalau tokoh – tokoh masyarakat sudah Bersatu dalam satu pemahaman melawan politik amoral, maka akan muncul kesadaran masyarakat untuk ikut melawan politik amoral,” paparnya.

“Tidak perlu konfrontatif, cukup dengan memberikan sanksi dengan tidak mencoblos pasangan 02. Hal ini merupakan cara yang aman dan legal, karena kita tidak menyerukan boikot sehingga tidak berisiko namun jitu dalam melawan politik amoral dan segera mengakhiri kekuasaan yang serakah dan korup,” tandas Hary.

Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah dengan lakon Gugat Lesmono MK diawali dengan situasi di Desa Bangunjiwo yang akan melaksanakan Pilkades. Putra Pak Lurah maju sebgai calon lurah.

Untuk mendukung pencalonan anaknya, Pak Lurah mengumpulkan warga masyarakat dan memberikan Bansos. Protes terjadi di masyarakat karena Pak Lurah memberikan Bansos menggunakan uang APBDes, namun mengatakan bahwa Banos tersebut untuk warga miskin dari Pak Lurah. Padahal mestinya bukan dari Pak Lurah, karena menggunakan uang rakyat sehingga Bansos adalah Hak Rakyat, bukan sumbangan perorangan.

Untuk melawan perbuatan Pak Lurah yang sudah meresahkan karena sudah melanggar moral dan etika, Kampret, Coro, Nyi Blegoh dan warga Bangunjiwo lainnya, sebagai warga Bangunjiwo yang marah membuat pentas wayang orang untuk mengkritik perbuatan amoral

Pak Lurah dengan lakon Gugat Lesmono Mandra Kumara.
Alkisah Lesmana Mandra Kumara adalah anak Prabu Duryudana alias Joko Witono yang manja dan tidak bisa apa – apa namun hendak di calonkan sebagai raja Hastinapura memggantikan Prabu Duryudana.

Siasat licik di rancang oleh Patih Sengkuni. Kejadian lucu dan menghibur karena menjadi mirip dengan situasi politik sekarang. Celetukan penonton menandakan mereka memiliki keresahan yang sama melihat situasi dan kondisi bangsa.
Di akhir acara, melalui tokoh Wayang Bob Marna dari Purbalingga, yang mirip dengan Bob Marley, memberi semangat kepada “wong Solo” agar semangat dan terus berjuang.

Solo sebagai kota budaya harus bisa memberikan tauladan baik dalam segala kehidupan termasuk dalam kehidupan politik, agar di jalankan dengan moral dan etika. Solo telah melahirkan tokoh – tokoh besar yang kini menjadi Pahlawan Nasional. Sudah selayaknya Gerakan meawan Politik Amoral berawal dari Solo

Suasana cair dan penuh gelak tawa dari humor satire yang di sajikan dalam bentuk Wayang Kampung. Tidak nampak ada ketegangan seperti Pemilu seperti tahun – tahun sebelumnya bahwa mereka sebenarnya tengah berkompetisi dalam proses demokrasi melalui Pemilihan Umum. Hal ini bisa terjadi karena relawan pendukung pasangan capres 01 dan 03 memiliki “lawan” bersama dalam kompetisi pemilu, yakni pasangan 02 yang menjadi peserta pemilu dengan melakukan banyak kecurangan. (RLS/AN/BRE)