Fokus Jateng- BOYOLALI- Tim Sat Reskrim Polres Boyolali bekerja sama dengan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Kabupaten Boyolali melaksanakan kegiatan rekonstruksi kasus tindak pidana penganiayaan anak tiri berujung kematian, SN (3) di Dusun Sajen, Desa Guli, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Pada Selasa 19 Maret 2024, siang.
Kegiatan rekonstruksi tersebut berlangsung dari pukul 10.20 hingga 11.15 WIB, di rumah pelaku yang tak lain ayah tiri korban, Muhammad Rosyid (26) yang masih menumpang di rumah orang tuanya.
Terlihat, nenek kandung korban dan ibu korban,RW, tak kuasa menahan tangis saat melihat pelaku masuk ke rumah.
Pelaku memperagakan 36 adegan untuk mengetahui kronologi penyebab korban meninggal dunia pada 22 Januari lalu. Sedangkan korban direkonstruksikan dengan manekin. Dari rekonstruksi tersebut, diketahui penyebab luka dalam dan pendarahan di otak sebelah kiri belakang. Selain itu juga ditemukan luka-luka memar pada perut korban.
“Dalam hal ini kami melaksanakan rekonstruksi di TKP atas petunjuk dari JPU. Motif pelaku melakukan penganiayaan karena SN susah diminta untuk tidur siang,” kata Kasatreskrim Polres Boyolali, Iptu Joko Purwadi.
Kekerasan yang membuat korban meninggal karena pukulan dibagian kepala. Hal itu menyebabkan retak dibagian kepala. Lalu ada rembesan darah dibagian perut akibat kekerasan. Serta benturan di kepala.
Kasi Pidana Umum (Pidum), Kejari Boyolali, Murti Ari Wibowo menambahkan ancaman hukuman yang diterima pelaku jika dikenakan pasal KDRT selama 15 tahun penjara. Sedangkan ancaman pasal perlindungan anak selama 15 tahun. Tersangka juga bisa dikenakan pasal 4 apabila kekerasan dilakukan oleh ayah kandung atau orangtua maka hukumannya akan ditambah sepertiganya dan masih ada denda.
“Jadi dari reka adegan yang tadi sudah dilaksanakan, sesuai dengan BAP saksi dan tersangka serta kami kuatkan juga dengan hasil visum bahwasannya kekerasan yang dilakukan oleh tersangka, yang fatal yang mengakibatkan korban meninggal dunia itu kekerasan yang dilakukan di kepala. Ada pendarahan di otak, dan dibagian dada ada pendarahan, lebam. Ini sangat sadis, apalagi pelakunya orangtua,” ujarnya. (**)