Prosesi Kirab 1000 Candi Kendi di Umbul Kendat Pengging

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Kesemarakan mewarnai prosesi menyambut 1 Muharam yang digelar di kawasan wisata Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, pada Jumat 5 Juli 2024 lalu.

Rangkaian tradisi itu dibuka dengan kirab 1000 candi kendi. Kendi-kendi berisi air dari sejumlah sumber di Jawa Tengah itu dikirab dari Alun-alun Pengging menuju Umbul Kendat, Kecamatan Banyudono.

“Supaya tradisi adat Jawa itu tidak luntur dengan terhembusnya zaman yang dari masa ke masa semakin canggihnya teknologi. Kami sebagai generasi muda juga ingin melestarikan atau nguri-nguri budaya leluhur, ” ujar salah satu penyelenggara dari Komunitas Kandang Kebo, Anang Panjer disela-sela kegiatan di Umbul Kendat, Kecamatan Banyudono. Sesampainya di Umbul Kendat, 1.000 air dari kendi kecil-kecil itu dijadikan satu ke dalam kendi berukuran besar.

“Nanti kita curahkan bersama-sama untuk doa bersama besok saat puncak (acara) kita tuangkan bersama-sama lintas agama,” imbuh Anang.

Adapun filosofi dari Kirab 1.000 candi kendi tersebut, menurut Anang, setelah perhelatan Pemilu Presiden dan Legislatif lalu, diharapkan masyarakat bisa kembali guyub rukun lagi.

“Semoga tidak ada perbedaan, tidak ada kasta, kita saling suport kita memajukan nusa dan bangsa lewat seni dan budaya.”

Menurut Anang, air tersebut dipilih dibawa ke Umbul Kendat, dilatar belakangi sejarah. Konon, Umbul Kendat merupakan tempat mengungsi Dyah Ayu Retna Kedotan, yang merupakan putri dari Brawijaya V.

“Di Umbul Kendat ini dulu ada sejarah, Eyang Dyah Ayu (Dyah Ayu Retna Kedotan), dimana beliau mengungsi pas hiruk pikuknya Majapahit. Beliau putra dari Brawijaya V, dimana beliau mengungsi adanya peperangan, kekacauan politik sehingga disinilah mengungsi untuk menenangkan diri. Apalagi disini ada eyang Amangkurung, seorang Adipati Pengging dimana beliau juga kakak iparnya.”

Di wilayah Pengging ini, lanjut Anang, banyak sumber mata air. Salah satunya Umbul Kendat. Air yang begitu jernih dan tanpa kendat atau tanpa putus atau terus mengalir.

“Disitulah filosofi itu kita bangun supaya dari masa ke masa pariwisata lancar, maju dan semangat generani muda tidak terkikis, ide-ide gagasan dan inovasi tidak terputus,” ujarnya. (**)