Fokus Jateng- BOYOLALI,- Industri pengolahan susu di Boyolali masih memiliki prospek yang cukup cerah ke depannya, seiring dengan potensi meningkatnya konsumsi produk susu segar belakangan ini. Hanya saja, pasca PMK dan LSD, produksi susu merosot 12 juta liter pada 2023 lalu.
Sebelum ada penyakit mulut dan kuku (PMK) serta Lumpy skin deseases, produksi susu menyentuh 15 liter per ekor per hari. Bahkan ada sapi yang memproduksi hingga 25 liter susu per hari. Pasca PMK menyebabkan penurunan produksi susu. Ada sapi yang mogok produksi hingga hanya mampu menghasilkan kurang dari 3 liter per hari.
Terkait hal itu, Dinas Peternakan Boyolali pun berupaya keras memacu produktivitas susu segar, diantaranya dengan mewujudkan kemandirian pakan ternak untuk meningkatkan produksi ternak atau Merapi-Merona.
“Kalau kita bisa meningkatkan produksi susu segar ini, tentunya akan meningkatkan juga pendapatan para peternak sapi lokal,” kata Kabid Produksi Ternak Disnakan Boyolali, Anton Sarwoko. Kamis 12 Juli 2024.
Untuk mengatasi tantangan serta memacu produksi susu segar ini, menurut Anton, salah satu kuncinya adalah penyediaan pakan yang berkualitas, di samping pemeliharaan sapi perah yang baik.
“Selama ini penyediaan pakan masih tergantung pakan pabrikan. Dari tahun ke tahun harganya meningkat. Mengenai produksi susu, harga susu belum sesuai yang diharapkan. Sebenarnya bisa dinaikan dengan meningkatkan kualitas pakan yang diberikan,” imbuhnya.
Selain itu, petani cenderung memberikan pakan dalam kuantitas banyak. Namun, kurang memperhatikan masalah kualitas. Dampaknya produksi susu per hari tidak bisa maksimal. Oleh sebab itu, solusi pakan menjadi hal yang mendesak, pihaknya pun mulai menjalankan program kemandirian pakan berkualitas. Mulai dari pembinaan terkait penyediaan pakan melalui cara budidaya ternak yang baik. Lalu penerapan produksi pakan dengan teknologi yang mudah diterapkan peternak. Kemudian membuat percontohan di peternak dengan menyasar para kelompok peternak.
“Contohnya, untuk hijauan pakan ternak yang sebelumnya diberikan segar, kita lakukan dengan silase atau fermentasi. Hal itu bisa meningkatkan kualitas pakan, juga bisa disimpan jangka waktu panjang tanpa mengurangi kualitas pakan,” katanya.
Cara itu dinilai cukup ekonomis dan efisien. Selain peternak tak perlu mencari pakan hijau setiap hari, juga menjadi cadangan pangan ternak. Selain itu, bisa menjadi cadangan pakan saat kemarau melanda. Terutama di daerah lereng Merapi-Merbabu yang kerap kekurangan hijauan pakan ternak.
Menurut Anton, pengembangan Merapi Merona ini akan menjadi program strategis, karena dinilai dapat mendukung produktivitas industri pengolahan susu lokal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga. “Jadi, sangat penting mewujudkan kemandirian pakan ternak untuk meningkatkan produksi ternak. Apalagi, kita punya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakannya,” pungkasnya. (**)