DP2KBP3A Gagas Pentingnya Integrasi Laporan TPK Secara Online Untuk Satu Data Stunting di Boyolali

Fokus Jateng-BOYOLALI,- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali menggalakkan upaya konvergensi percepatan penurunan stunting di Kabupaten Boyolali.

Kabid Ketahanan dan kesejahteraan keluarga DP2KBP3A Kabupaten Boyolali, Triyono, mengatakan Tim Pendamping Keluarga (TPK) sejauh ini tengah menggencarkan pendampingan terhadap calon pengantin melalui Aplikasi Elektronik siap nikah dan hamil (Elsimil). Hanya saja, aplikasi tersebut masih banyak kekurangan, sehingga masih banyak yang harus disempurnakan.

“Ketika dipergunakan banyak mengalami kendala pada Aplikasi Elsimil, seperti server yang tidak mampu mengaplikasikan, kemudian ada data yang diretas. Nah lalu kita sempurnakan dengan membuat aplikasi TPK online lagi,” kata Triyono, Senin 22 Juli 2024.

Dia mengemukakan, dengan aplikasi ini, akan memudahkan TPK dalam mendampingi keluarga yang beresiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas dan bayi dibawah 2 tahun (Baduta). Demikian halnya saat melaporkan hasil pendampingan melalui aplikasi TPK online.

“Jadi, kami akan melaksanakan aksi perubahan, Integrasi laporan Tim Pendamping Keluarga secara Online untuk satu data stunting di Kabupaten Boyolali,” katanya.

Dimana data hasil pendampingan keluarga beresiko stunting tersebut, lanjut Triyono, oleh TPK kemudian akan disajikan dalam satu data stunting di website DP2KBP3A yaitu www.dp2kbp3a.boyolali.go.id .

Dengan diunggahnya website DP2KBP3A tersebut, pihaknya berharap dapat terbaca dengan mudah oleh pengguna. Disisi lain, untuk memudahkan pengguna, pihaknya juga menyajikan data hasil pendampingan keluarga beresiko stunting dalam bentuk peta.

“Dari data yang tersedia tersebut tentunya dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan percepatan penurunan stunting untuk menentukan kebijakan sesuai dengan kewenangannya, sehingga stunting dapat menurun di Boyolali,” katanya.

Menurut Triyono, stunting dapat menjadi prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, sehingga pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting. “Stunting itu bukan masalah pertumbuhan tubuh saja, namun bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi kronis dan infeksi kronis berulang yang terjadi pada anak-anak.” Disamping itu perlu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi stunting, yang diawali sejak calon pengantin dan selama kehamilan ibu, agar anak yang akan dilahirkan tidak mengalami stunting.

Sehingga dalam usaha percepatan penurunan stunting ini, diperlukan aksi lintas program dan lintas sektor, diantaranya melalui penguatan deteksi dini dan intervensi yang tepat, baik intervensi spesifik maupun sensitive secara kolaboratif.

“Untuk mengatasi masalah stunting tentunya tidak lepas dari penyajian data yang baik, yang bisa diketahui oleh semua pihak terkait dalam kegiatan percepatan penurunan stunting. Untuk itulah kami menginisiasi Integrasi laporan Tim Pendamping Keluarga secara Online untuk satu data stunting di Kabupaten Boyolali,”pungkasnya. (**)